Lihat ke Halaman Asli

OtnasusidE

TERVERIFIKASI

Petani

Tempat Surga yang Rusak

Diperbarui: 17 November 2018   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: hdqwalls.com

Lelaki tanggung itu memaksa sang ayahnya untuk pergi keluar kota. Lelaki tanggung itu ingin berbicara sebagai seorang lelaki kepada ayahnya yang lelaki yang menjadi panutannya.

Sang ayah yang menjemputnya sepulang sekolah sangat terkejut. Apalagi di kantong hanya tinggal sedikit uang untuk makan hari ini dan esok serta sekitar dua ratus ribu untuk pergi ke luar kota tempat sang ayah berjibaku membuka jalan hidup ekonomi baru.

Mata lelaki tanggung itu nanar. Berkaca-kaca. Di depan sekolah itu drama itu dimulai.

Lelaki itu pun akhirnya memenuhi permintaan lelaki tanggung itu. Ada semacam gejolak dalam diri sang ayah.

Setelah penuh mengisi bensin pada motor buntutnya, sang lelaki itu lalu memacu motornya ke luar kota. Dekapan lelaki tanggung pada punggungnya membuat sang ayah semakin galau. Dekapan itu sangat erat seakan-akan si lelaki tanggung takut kehilangan sang ayah.

Sang ayah yang memacu motornya akhirnya tersadar kalau lelaki tanggung yang memeluknya itu belum makan. Sang lelaki lalu memberhentik motornya di sebuah warung makan. Dibelilah satu bungkus nasi dengan lauk satu rendang.

Pada satu titik di perkebunan PTPN VII di kawasan Musi Landas, sang ayah memberhentikan motornya. Mengajak si lelaki tanggung itu berhenti dan duduk di bawah pohon di depan hamparan lapangan bola.

Satu nasi bungkus dengan lauk rendang itupun dibuka dan disodorkan ke lelaki tanggung. Tangan si ayah bergetar memandang titik air mata mengalir dari pipi anak lelakinya.

"Maafkan aku ayah. Aku tak bisa menjaga ibu. Ibu sudah bercerita ke seantero jagat kalau ayah adalah lelaki yang tak bertanggung jawab. Lelaki yang tak bisa diandalkan mulai dari kami lahir hingga kami sekolah. Ayah adalah lelaki yang tak bisa menjadi imam keluarga. Semua keburukan ayah sudah dilontarkan di jagat," kata lelaki tanggung itu sesunggukan.

Sang ayah pun memegang titik air mata lelaki tanggung yang jatuh dengan jemarinya.

"Ibu curhat dengan seluruh teman SD, SMP, SMA dan teman kuliahnya. Bahkan setiap hari ibu curhat dengan seseorang. Mulai dari pagi, siang sore dan malam hari kalau si lelaki itu keluar kota. Ibu juga bertukar foto dan bervideo call dengan orang tersebut," kata si lelaki tanggung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline