Kota Pagar Alam, 21 Juni lalu ternyata sudah meranjak dewasa. Kalau gadis dia lagi ranum-ranumnya. Lagi mekar seperti kembang yang banyak dikerubungi oleh kumbang-kumbang. Kalau bujang dia lagi gagah-gagahnya. Lagi ganteng-gantengnya. Begitu banyak kupu-kupu yang mengerubunginya. Yup, Pagar Alam kini berumur 17 tahun.
Apa yang tidak ada di Pagar Alam, sebuah kota di Punggung Bukit Barisan Sumatra. Sebuah kota yang memiliki puluhan air terjun yang indah. Sebuah kota yang dianuegrahi Tuhan pemandangan alam yang indah mempesona dengan Gunung Dempo sebagai daya magnet utamanya.
Sebuah kota yang memiliki banyak percabangan jalan untuk ke Gunung Dempo. Sebuah kota yang memiliki jalan yang tembus menembus. Sebuah kota yang terus berhias.
Kalau ada yang bilang Pagar Alam adalah Serpihan surga tak juga salah. Pagar Alam kini memiliki lapangan terbang yang setiap hari ada penerbangan rute, Palembang-Pagar Alam (Sultan Mahmud Badarudin II-Atung Bungsu) pulang-pergi. Serpihan surga ini jadi lebih mudah dinikmati oleh semua orang selain melalui jalur darat yang melintasi Jalan Lintas Sumatra.
Bagi pencinta hujan, pencinta dingin, pencinta halimun, pecinta gemiricik, sebuah kota akan tetap indah kalau hujan, air mengalir lancar tanpa ada hambatan. Sebuah kota akan terlihat indah jika dari saluran air yang ada tidak menyembul sampah-sampah. Sebuah kota akan terlihat kece bila ternyata saluran airnya tidak meluap ke jalanan karena tertutup sampah.
Ahhh, mungkin karena sudah semakin banyaknya orang dan juga rumah yang mengerubungi pusat Kota Pagar Alam, membuat air menjadi meluber ke jalan karena tertutup sampah. Sampah-sampah menyembul di jalanan karena didesak air hujan.
Ini ciri khas sebuah kota yang terus bertumbuh. Antisipasi sampah yang terlihat sepele tetapi akan menjatuhkannya akan merusak serpihan surga ini.
Sudahlah, Pagar Alam memang perlu pembenahan dalam segala lini. Sebagai kota yang merupakan Serpihan Surga, harus dijaga oleh penduduknya, oleh wisatawan yang datang dan juga oleh pemerintahannya. Kalau tidak dijaga, Serpihan Surga ini akan rusak dan sudah tak ada lagi yang bisa dibanggakan.
Yok dilihat, serpihan surga, sebuah kota yang membuatku jatuh cinta di kota-kota di Punggung Bukit Barisan Sumatra ini.
Salam Kompal
Salam dari Punggung Bukit Barisan Sumatra