Lihat ke Halaman Asli

OtnasusidE

TERVERIFIKASI

Petani

Rakit Menyedot Warga ke Sungai Lematang

Diperbarui: 8 Agustus 2016   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adu cepat, adu kuat, adu tinggi

Tradisi lomba rakit di Sungai Lematang Kabupaten Lahat Provinsi Sumatra Selatan sudah memasuki tahun ke-24. Sudah cukup lama, pernah jatuh bangun, tetapi tradisi itu seakan tak lekang oleh waktu. Bertahan di tengah gerusan zaman.

Bupati Lahat H Saifudin Aswari Riva’i yang melepas peserta lomba rakit, mengajak masyarakat untuk sama-sama menjaga tradisi ini.  Tradisi berakit merupakan tradisi nenek moyang dalam bertransportasi dari satu desa ke desa lainnya. “Bahkan dulu rakit merupakan alat transportasi untuk berdagang, membawa hasil bumi dari satu desa ke desa lainnya,” kata Wari.

Wari pun mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan. Sungai merupakan pusat kehidupan kalau sungai rusak maka rusak pula kehidupan. “Mari kita jaga hutan yang merupakan sumber penyimpanan air. Jangan buang sampah sembarangan. Jangan buang air besar di sungai. Kita jaga sungai agar tradisi berakit ini tetap bertahan. Kalau sungai tak ada maka tak ada pula tradisi berakit,” kata Wari.

Pelataran Tanjung Mulak yang menjadi lokasi dimulainya lomba rakit tak cukup menampung lebih dari seribuan warga yang datang dari desa-desa sekitar. Mereka pun memenuhi jembatan Tanjung Mulak yang tepat berada di atas lokasi pelepasan.

Jalur Lahat-Pagaralam sempat ditutup sekitar 15 menit dan terpaksa hanya dibuka satu jalur agar tidak terjadi antrian panjang. Apalagi di sisi kiri kalau dari Lahat merupakan jurang yang rawan longsor. Demikian pula kalau di sisi kanan kalau dari Pagaralam merupakan jurang yang juga rawan longsor ketika memasuki Desa Tanjung Mulak. Satu ciri khas jalan di Punggung Bukit Barisan Sumatra.

Pelepasan balon dan dilanjutkan dengan pelepasan peserta lomba rakit membuat suasana pun makin meriah. Warga pun langsung bubar mencari titik-titik pemandangan indah di sepanjang jalan Pagaralam-Lahat.

Beberapa desa yang memiliki titik indah antara lain di Desa Lubuk Sepang, Pagar Batu, Kuba, dan terakhir di Selawi. Kalau menggunakan mobil agak kurang enak berhenti di titik-titik tersebut karena jalur jalan hanya cukup dua kendaraan. Jadi kalau kita berhenti maka kendaraan di belakang bakal terhenti.

Bukit hijau. Rumah-rumah yang menyembul di pepohonan terlihat indah di sepanjang jalan ini. Sungai Lematang pun terlihat meliuk-liuk dan para peserta lomba pun terlihat terus melaju di kejauhan.

Semoga tahun depan tradisi ini tetap terlaksana. Tradisi Puncak Punggung Bukit Barisan Sumatra. Rakit ternyata tak kalah dengan Pokemon yang membuat demam dan menyedot paket data. Rakit masih membuat demam dan malah menyedot warganya ke pinggiran Sungai Lematang.

Lets  check  it  dot,  sedotan rakit di Sungai Lematang.

Bupati Lahat Saifudin Aswari Rivai

Penonton di atas jembatan Tanjung Mulak

Penonton di pinggir Sungai Lematang. Aduh ada yang ngupil asiiikkkk

Mentari pagi menyinar hangat

Kaos peserta

Balon di lepas

Peserta siap berlomba

Langsung dorong

Kendalikan awas tabrakan

Menjauh

Bukit khas Punggung Bukit Barisan Sumatra

Gayanya terserah yang penting rakit melaju

Bambu pendorong pun sampai patah

Hati-hati mengendalikan rakitnya

Salam Tradisi Indonesia
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline