Kelelakian memang aneh. Di satu sisi secara sosial budaya, lelaki ditakdirkan untuk menjadi perkasa. Hampir tidak ada budaya yang tidak menempatkan lelaki dalam strata tertinggi budaya masyarakat. Lelaki adalah superior sedangkan perempuan hampir selalu inferior dalam tatanan masyarakat.
Dalam konteks seksiologi. Perempuan merupakan objek seks bagi lelaki. Jarang ada perempuan diletakkan sebagai subjek seks bagi lelaki. Ndak percaya, jalan-jalanlah malam di berbagai kawasan kota-kota metropolitan. Perempuanlah yang menjadi bintangnya malam. Perempuanlah yang menjadi pencarian lelaki belang.
Dalam hubungan seks pun lelaki harus perkasa. Kalau mereka tak perkasa maka hubungan seks itupun tak akan terjadi. Masih ndak percaya. Ya, sudah kalau ndak percaya. Berusaha untuk jadi perkasa tidaklah mudah. Begitupun ketika mempertahankan keperkasaan juga tidaklah mudah.
Bagi perempuan pun sebenarnya tidaklah mudah menerima keperkasaan. Mereka bisa saja mengalami kesakitan bila tak nyaman ataupun lubrikasi tak berjalan. Jadi sebenarnya bukan asal buka saja. Tidak semudah itu coy.
Dua pembunuhan perempuan yang kejadian penemuannya hampir berdekatan membuat miris. Kejadian itu membuat hati ini seperti teriris sembilu. Begitu mudahnya mereka menghabisi perempuan yang dimulai dari persoalan hubungan seksual.
Dua perempuan yang dibunuh oleh dua lelaki yang berbeda tersebut kebetulan pula sama-sama pekerja seks komersial (PSK). Mereka menjajakan seks untuk mendapatkan uang. Seks yang mereka jual. Jadi agak aneh kalau alasan yang dikemukakan oleh para pelaku pembunuhan dipicu oleh pernyataan para pekerja seks komersial yang menyinggung kelelakian mereka.
Pekerja seks komersial dipastikan akan memelihara pelanggannya. Hadeuuuwww kalau pelanggan mereka lari kan mereka nggak dapat duit lagi. Mau badan pelanggan bau kek atau pelanggannya ngecrit kek diyakini nggak masuk hitungan paling penting bagi mereka dapat uang. Mereka akan berbuat apa saja yang paling penting dapat uang.
Pekerja seks komersial dipastikan akan menahan diri dan berusaha memuaskan pelanggannya. Hikss. La si lelaki yang menghabisi si perempuan memang bisa seenak perutnya saja main habisi. Kan tidak bisa lagi dicek silang kebenarannya karena si perempuan sudah habis. Dan itu kan transaksi dua orang dunia hitam gemerlap.
Ahhh. Kelelakian mudah terpicu karena ni orang sudah dibayar menghina lagi. Upss. Kalau itu yang terjadi artinya si lelaki belum menjadi lelaki. Lelaki harusnya tak mau menyakiti perempuan apalagi sampai menyewa si perempuan untuk melayaninya. Katanya secara budaya lelaki di atas artinya ya mereka harus melindungi yang di bawahnya.
Saran aku sih bagi lelaki yang berkuping tipis, bagi yang jomblo lekas menikah. Bagi yang suka jajan, lebih baik urusi istri. Aku memegang nasehat teman, “dengan melayani maka kau akan dilayani.” Istri dan suami juga jangan saling menghina. Apalagi yang sudah mulai menua. Hupf. Terimalah apa adanya suami atau istri, mereka kan cantik dan ganteng pada masanya. Ada masalah soal hubungan suami istri bicarakan baik-baik. Toh sudah hukum alam, semua akan menurun pada waktunya. Sang perkasa akan turun dan sang pelentur akan kendur.
Salut untuk pihak kepolisian yang berhasil mengungkap kasus pembunuhan ini dengan cepat dan meringkus para pelakunya.