Sayang sekali tidak ada keajaiban untuk Liverpool di final Piala Champion hari Minggu dinihari. Liverpool dipandang sebagai underdog menghadapi Real Madrid yang sudah dua kali bertutur turut juara dan mengejar rekor tiga kali juara berturut-turut.
Real di kompetisi La Liga memang tidak mengesankan, hanya mampu berada di posisi ketiga setelah menang besar dari Celta Vigo (6-0) tetapi ditahan Villareal pada pertandingan terakhir 2-2. Real tetap tim yang seringkali tampil di Liga Champion. Pengalaman tim itu sangat berarti.
Sebaliknya, Liverpool kalah tipis melawan Chelsea (0-1) setelah dipastikan klub itu maju ke final Piala Champion dan menang besar 4-0 melawan Brighton. Posisi Liverpool di nomer empat Liga Primer Inggris sehingga masih bisa berlaga di Liga Champion tahun depan.
Yang membedakan kedua finalis itu, Real sepertinya sudah mengenal rumput di Piala Champion. Klub itu mengalami pasang surut prestasi, ketegangan, kalah - menang dan mengalami drama yang tidak pernah hilang dari Piala Champion.
Drama, tragik komedi ada di Piala Champion. Real anehnya juga dibantu oleh kiper-kiper lawannya. Mats Hummel (bek Bayern Munchen) mengatakan kekalahan timnya melawan Real masih akan dikenang dalam sepuluh tahun ke depan. Hal itu berarti Sven Ulrich, kiper yang membuat blunder anak sekolah, akan meratapinya dalam jangka yang panjang.
Sekedar mengingatkan saja. Pada pertandingan Bayern -- Real, kiper Sven Ulrich ragu ragu antara menangkap bola atau menendang bola operan. Waktu sekian detik bola itu mengarah kepada dirinya sudah cukup menggulirkan bola operan dari bek Talisso menjadi bola liar. Ia lalu menjulurkan kakinya, tetapi bola bisa melewati bagian bawah badannya. Bola mengelinding pelan, Karim Benzema berlari mengikuti bola dan menendang bola ke gawang yang kosong. Benzema ketawa gembira, mungkin geli juga karena mendapatkan gol mudah. Kedudukan 2-2 dan agregat 4-3 membuat Bayern Munchen tersingkir. Real benar-benar menghela napas panjang.
Kemudian di final itu, ya Tuhan!, Loris Karius (kiper asal Jerman), kiper Liverpool itu membuat kesalahan untuk keuntungan Real. Dua kali. Pertama kali ketika ia menendang bola (menit 51) dengan maksud mengoper bola itu ke bek tetapi bola dipotong oleh Karim Benzema yang menjulurkan kakinya. Bola berubah arah ke gawang. Lagi lagi Benzema mendapat "rejeki" karena kecerdikannya menempatkan diri di lini depan. Peraturan tidak melarang pemain untuk memotong bola dari operan kiper. Yang tidak boleh, apabila pemain merebut bola yang berada di tangan kiper.
Kedua, Karius gagal menangkap tendangan jarak jauh dari Gareth Bale. Bola ditangkap tetapi tidak lengket, malahan melesat ke dalam gawang. Kesalahan besar, kata koran-koran. Gol Gareth Bale melalui tendangan gunting tidak perlu dihitung karena gol itu spektakuler.
Klopp berujar : "Apa yang bisa saya katakan? Loris mengetahuinya, setiap orang tahu. Memalukan hal itu terjadi dalam pertandingan ini, dalam musim seperti ini. Saya merasakannya seperti dia. Yang pertama... yang kedua saya pikir karena (pengaruh) yang pertama. Dalam pertandingan seperti ini memang sangat sulit untuk menghilangkan (pengaruh dari kesalahan). Di antaranya, tendangan gunting atau tendangan sepeda (bicycle kick) Bale tidak bisa dipercaya. Kami sebenarnya menguasai, kami berusaha semampu kami, anak-anak berusaha segalanya tetapi (hasilnya) bukan seperti rancangan pada malam ini."
Klopp mengakui hasil musim ini tidak bisa dikatakan sebagai sebuah keberhasilan karena kekalahan itu terlalu besar.
Klopp lebih memilih Karius (21) daripada kiper Simon Mignolet sejak Januari awal musim, meskipun prestasi Karius naik turun. Bila mau dipermasalahkan lagi, kiper pilihan itu dan kiper yang digantikannya prestasinya naik turun. Sama saja. Perbaikan di lini belakang dengan membeli van Dijk menyisakan masalah di kiper.