Lihat ke Halaman Asli

Ananto W

saya orang tua biasa yang pingin tahu, pingin bahagia (hihiHI)

Bisnis Prostitusi yang Membuat Resah Masyarakat

Diperbarui: 5 April 2018   07:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu ketika saya ngopi dengan teman di gerai Starbuck Kalibata. Teman saya ini punya mata elang yang bisa membedakan cewek biasa dan cewek bisa diajak kencan. Beberapa cewek yang lewat dia amati, sampai kemudian dia panggil beberapa yang lewat. Cewek-cewek itu menghampiri kami. Kurang cantik, agak gemuk, maaf terlalu pribadi penilaian ini. Teman saya lalu berbincang sebentar dan bertukaran nomer ponsel. Pastinya dia pakai ponsel yang kartunya dua. Dia juga pura-pura tukeran nomer ponsel.

Begitu keadaan di apartemen. Ini pasti bukan hanya di Kalibata City yang sering diberitakan itu. Hitung ekonominya sederhana saja. Cewek bertiga sewa apartemen dua kamar sebesar 2 juta sebulan. Apabila tarif kencan dipatok 500 ribu saja, mereka bisa mencari nafkah. Di kota modern upaya bisa hidup memang luar biasa. Apartemen, kos-kos an dan sewa rumah bisa dipakai untuk berdagang diri. Lebih rumit lagi bila penjaja itu cowok yang kurang dicurigai dalam masyarakat.

Prostitusi tentu membuat risi ibu rumah tangga. Lebih dahsyat lagi sebenarnya arus pornografi yang mengubah perilaku pria terhadap pasangannya. Banyak tulisan yang membuat persepsi pria terhadap pasangannya seperti persepsi yang ditampilkan oleh artis-artis porno. Mana bisa pasangan itu bersaing dengan wanita profesional porno itu, bukan? 

Prostitusi sudah menjadi penyakit masyarakat. Heboh, menarik minat media, redup lagi.

Masyarakat metropolitan beruntung karena isu isu prostitusi bisa mengalir ke media utama yang kemudian mendorong aparat bertindak. 

Penyelundupan manusia lebih mengerikan lagi. Seorang wartawati al-jazeera yang menyamar untuk menyeberang dari Nigeria, negara kaya minyak yang salah urus, ke Lybia disarankan oleh calonya untuk menyediakan kondom ...untuk berjaga-jaga kalau diperkosa. Astaga!

Berapa juta pembantu rumah tangga, TKW yang berani mencari nafkah di keluarga dan negara yang tidak dikenalnya? Mereka perempuan yang menyerahkan diri kepada nasib. Banyak menjadi korban trafficking.

Untuk kasus Kalibata, mungkin penghuni di sana perlu lebih cerewet, mengadu tidak bosan-bosan supaya aparat rajin bertindak. Penyakit masyarakat seperti lalat yang tidak ada habisnya. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline