Lihat ke Halaman Asli

Ananto W

saya orang tua biasa yang pingin tahu, pingin bahagia (hihiHI)

Bank Niaga

Diperbarui: 15 Februari 2016   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Awal Februari ini alumni Bank Niaga reuni. Para petinggi mentas ludruk dalam lakon Suminten Edan. Nurbuat, Tessi, Polo, Topan naik panggung. Mereka bukan alumni tentu saja. Mereka tidak risi menggoda teman mereka yang kena kasus narkoba. Ada polisi, teriak Nurbuat. Tessi dan Polo lari. Srimulat hidup lagi.

Alumni Niaga itu Robby Djohan, Gunarni Soeworo, Agus Martowardoyo untuk menyebut nama-nama yang beken. Majalah Infobank, menyebut Robby sebagai king maker direksi Bank. Pada malam itu Robby cuma menyampaikan terimakasih dan rasa haru karena acara reuni bisa diadakan. Giliran Agus Marto yang 8 tahun di Niaga, mengingatkan jasa bank itu sebagai panutan dalam profesionalisme, integritas dan etika.

Dua nama itu cukup menegaskan warisan sebuah bank yang didirikan oleh Idham, orang Padang, bersama dengan sekelompok pengusaha Jawa dan Tionghoa. Julius Tahija yang kemudian menjadi pemegang saham mayoritas membawa bank itu menjadi bank profesional. Tidak ada kredit kepada pemegang saham menunjukkan nilai-nilai luhur dari Tahija yang di Caltex berhasil mempribumikan jajaran direksinya.

Ketika krisis 1998 terjadi Bank Niaga diselamatkan.

Seorang direktur bank kecil berkomentar, karena pribumi Niaga diselamatkan. Sebaliknya juga bisa diargumentasikan karena bank dipakai berdagang seperti pedagang kelontong maka negara hampir bangkrut. Nombok hampir 650trilyun bung! Sebuah bank yang elok bisa jadi menjadi alasan penyelamatannya. Ekonomi waktu itu dalam zona nyaman. Krisis waktu itu seperti petir.

UI menilai Niaga memiliki budaya mengejar kualitas dan pelayanan. Di samping itu termasuk bank yang hati-hati. Tidak macam-macam sehingga menjadikan pengawas bank bisa lega. Kalau ada kasus, buru-buru Direksi melapor. Bahkan beredar kabar burung pegawai pengawas di masa lalu pernah kena batunya ketika menyebut-nyebut akan meminta bank bantu perbaikan bagian rumahnya. 

Manajemen dapat dikatakan bersifat kekeluargaan. Robby misalnya dikenang oleh karyawan yang masuk rumah sakit karena kreditnya macet. Secara khusus Dirut itu memberikan perhatian tanpa menyalahkan karyawan bersangkutan. Salah evaluasi bukan dosa besar, kurang lebih begitu. Pendekatan itu, seperti ditulis dalam Infobank, sungguh memberikan kesan yang dalam. Karyawan itu terbukti kemudian bisa menjadi direksi di Telkom kemudian Peruri.

Jaringan Niaga sudah menyebar lebih dahulu daripada bank plat merah lain karena lebih dulu menyerap manajemen perbankan yang maju dari Citibank. Di LPS, Pegadaian, Telkom, Peruri, bank swasta nasional dapat ditemui alumninya. Mereka direkrut karena integritasnya bisa diandalkan. Direktur bank kecil yang disebutkan di atas, mengakuinya.

Apabila negeri ini adalah kolam yang besar, Bank Niaga telah menggerakkan air dalam kolam itu, airnya berpendar makin jauh. Riaknya semakin jauh bersamaan dengan jaringannya yang semakin luas. Niat mulia para pendiri (1955) masih bersinar 60 tahun kemudian menjadi salah satu teladan negeri ini.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline