Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Air Mata Tataring

Diperbarui: 22 Mei 2017   18:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="foto: dok.pribafi"][/caption]  perapian telah padam tatkala elpiji tibalalu para-para menjelma jadi kuburandan dapur kehilangan asap kini kami bebas dari belenggu sirabun, kata para inang digitalhuta kini dilanda euforia sublimasi peradabanperiuk dan belanga menangiskarena soban telah dimandulkanmaka tiada lagi baratak jua kerak nasi dan ikan asin bakar ke manakah lagi marsisulu menyambut turunnya angin dingin bukit barisan usai subuh?                           ***                                          sidikalang, maret 2017catatan :-tataring = perapian-para-para = semacam rak gantung di atas tataring untuk menyimpan persediaan kayu bakarsirabun = abu sisa pembakaran kayu bakarhuta = dusunsoban = kayu bakarmarsisulu = menghangatkan tubuh di sekeliling perapian karena dinginnya udara, biasanya menjelang pagibukit barisan = nama pegunungan yang terbentang sepanjang Pulau Sumatera  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline