Lihat ke Halaman Asli

Tentang Cita-cita

Diperbarui: 27 September 2015   11:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat masih kecil, saya pernah bercita-cita menjadi astronot.  Bukan cita-cita yang mudah untuk dicapai, buktinya sampai sekarang cuma ada 1 astronot dari indonesia yaitu: pratiwi sudarmono yang akhirnya gagal terbang ke luar angkasa pada tahun 1986. Untuk menjadi seorang astronot diperlukan kecerdasan dan kekuatan fisik. Apalah daya, saat smp saya menyadari bahwa otak kopong ini tidaklah mampu untuk menjadi seorang astronot.

Apakah cita- cita saya berubah? Sudah pastilah. Setelah menyadari otak kopong saya, cita-cita saya bergeser. Bukan lagi ingin menjadi astronot lagi, tapi ingin menjadi atlit. Saya mencoba menekuni dunia atletik, walaupun akhirnya cita-cita ini kandas lagi karena ternyata bukan cuma otak ini yang kopong, fisiknya juga sama. Hal ini agak menggoyangkan pikiran saya, akan jadi apakah saya di masa depan nanti.

Saat sma, saya sudah hampir  tidak punya cita-cita lagi. Ketika itu saya lagi gandrung dengan games ding dong dan playstation. Hampir setiap hari setelah sekolah saya nongkrong di tempat ding dong ataupun playstation. Tumbuh lagi cita-cita saya, ingin menjadi gamer profesional. Walaupun saat itu belum banyak gamer ptofesional di indonesia, nampaknya cita-cita inilah yang paling enak untuk dilakukan. Bayangan menjadi gamer profesional dimana kerjanya hanya ngegame dan ngegame benar-benar menjadi impian saya. Kerjaan saya selain sekolah hanya main game.

Saat akan lulus sma, kemampuan games saya ternyata cuma segitu-gitu aja. Wong ikut kompetisi aja sering kalah di babak pertama. Saya menyadari untuk menjadi gamer tidak cukup hanya hobi bermain game tapi juga diperlukan otak yang tidak kopong. Terkubur lagilah cita-cita saya.

Setelah lulus sma, berkat doa kedua orang tua, saya berhasil masuk perguruan tinggi kedinasan. Setidaknya doa orang tua bisa berhasil membuat saya yang berotak kopong menjadi calon pns. Setelah selesai dari pendidikan tersebut saya menjadi seorang pns. Menjadi pns bukanlah cita-cita saya, namun dengan otak kopong ini sangatlah bagus nasib saya ini. Untuk itu sekarang saya mempunyai cita-cita baru, menjadi pns yang berguna bagi bangsa dan negara. Aamiiin. Semoga cita-cita saya kali ini akan tercapai.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline