Lihat ke Halaman Asli

Waldus Budiman

Peminat filsafat

Politik Doxa, Ketika Kebenaran Dibuang ke Tempat Sampah

Diperbarui: 22 November 2020   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi tentang kebenaran (Michael Carruth from unplash.com)

Siapa saja yang luput dari covid-19 saat ini pastinya merasa bahagia. Bagaimanapun juga,  keganasan wabah ini memporakporandakan seluruh tatanan kehidupan kita.

Ada banyak kehilangan yang dirasakan bersama. Baik itu harta, orang-orang yang kita sayang ataupun hal lainnya. Semuanya terjadi begitu saja tanpa ada perencanaan apapun.

Di semua negara hal ini pastinya terjadi. Pemerintah berserta alat negara lainnya berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi warganya dari serangan wabah ini. Di mana-mana berita kematian berceceran di media masa.

Di Indonesia, misalnya, pandemi ini sudah memakan belasan ribu korban nyawa. Begitu cepat dan tepat. Pemerintah pusat melalui gugus tugas penanggulangan Covid-19, misalnya, sudah mengeluarkan sejumlah.kebijakan yang bertujuan untuk memutuskan ratai penyebaran Covid-19 di tengah masyarakat.

Yang diantaranya wajib menggunakan masker, menjaga jarak dan fisik, rajin mencuci tangan dan lain sebagainya. Terlepas dari itu, orang-orang terhormat di parlemen sana justeru melakukan hal yang lain.

Mereka sibuk mensodorkan beberapa RUU yang hemat saya tidak penting dalam kondisi pandemi sekarang ini. Ini sesuatu yang gegabah, tentu saja.

Selain itu, pihak-pihak luar istana justeru membangun semacam kelompok-kelompok kecil guna menggagalkan kebijakan pemerintah. Yang kita butuhkan saat ini adalah kesatuan,  kekompakan dan kebersamaan yang kokoh guna bersama-sama memerangi wabah ini.

Namun, beberapa kebijkaan politik yang kita lihat justeru memeras masyarakat. Misalnya pembiayaan rapi test dengan kisaran harga Rp, 150.000-400.000. Kisaran angka ini sangat besar tentunya bagi masyarakat sipil dan murah bagi para elit politik.

Inilah yang terjadi bahwa, politik kita adalah politik permukaan pada hal dasarnya sangat rapuh tetapi kita ingin terlihat elegan. Dibalik politik permukan ini, ada sesuatu kebenaran yang ditutup dan dibungkam dan banyak manipulatifnya.

Politik Doxa

Kata Doxa,  pertama kali diperkenalkan Parmenides seorang filsuf Yunani kuno. Parmenides sendiri adalah seorang filsuf pra-sokratik (sebelum sokrates). Parmenider terlibat dalam sebuah perdebatan yang cukup sengit mengenai realitas. Bagi parmenides  yang berubah dalam realitas itu hanya doxa yakni tampak saja. Sedangkan yang aslinya tidak berubah.

Kata doxa berasal dari kata Yunani yang berarti pendapat (opinion).  Pendapat ini mencakup banyak hal, termasuk pendidikan, ekonomi, politik, kesehatan dan lainnya. Kata doxa bisa juga diartikan sebagai sebuah penampakan (appearance). Yakni bahwa sesuatu yang tampak saja yang demikian. Namun yang sebenarnya berbeda dari yang tampak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline