Lihat ke Halaman Asli

OSTI LAMANEPA

DEO GRATIA (RAHMAT ALLAH)

Integrasi Sosial dan Kebudayaan Menurut Sorokin

Diperbarui: 27 April 2021   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Perspektif Integrasi-Sosial Budaya Sorokin dan Relevansinya Bagi Hidup Manusia)

Oleh: Osti Lamanepa

Pengantar

Masyarakat pada umumnya mengatur dirinya sendiri untuk meraih sasaran-sasaran dan tujuan hidup bersama. Kita juga akan perlu menghadapi persepsi dasar yang dimiliki masyarakat tentang dirinya sendiri, gambaran tentang apa yang dianggap sebagai kehidupan yang punya makna dan bagaimana hal tersebut harus ditempuh (Soedjatmoko,1985: 8) Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat selalu dinamis atau terus berubah seiring perkembangan zaman. Hal ini sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat terutama pola relasi antar individu dalam masyarakat.

Disini saya menyodorkan pemikiran Pitirim Sorokin seorang sosiolog asal Rusia yang melihat perubahan dalam masyarakat dari segi model perubahan integrasi sosial dan budaya. Sorokin mengembangkan model siklus perubahan sosial artinya, dia yakin bahwa tahap-tahap sejarah cenderung berulang dalam kaitannya dengan mentalitas budaya yang dominan, tanpa membayangkan suatu tahap akhir yang final.

Pandangan Sorokin Mengenai Integrasi Sosial dan Budaya

Sorokin memusatkan perhatiannya pada tingkat budaya, dengan menekankan arti, nilai, norma, dan simbol sebagai kunci untuk memahami kenyataan sosio budaya. Namun dia juga menekankan saling ketergantungan antara pola-pola budaya, masyarakat sebagai suatu sistem interaksi, dan kepribadian individual (Lihat Pitirim Sorokin, 1947), di mana perspektif ini dikembangkan secara sistematis.. Tingkat tertinggi integrasi sistem-sistem sosial yang paling mungkin tercapai didasarkan pada seperangkat arti, nilai, norma hukum, yang secara logis dan berarti konsisten satu sama lain dan mengatur interaksi antara kepribadian-kepribadian yang turut serta di dalamnya. Tingkat yang paling rendah dimana kenyataan sosio-budaya dapat dianalisa adalah pada tingkat interaksi yang berarti antara dua orang atau lebih (Doyle Paul Johnson & Robert M.z. Lawang, 1994: 96)

Sorokin menekankan tingkat varibilitas yang tinggi yang diperlihatkannya. Tema-tema budaya dasar mungkin terulang, tetapi pengulangan itu menunjukkan pola-pola yang berubah. Setiap tahap sejarah masyarakat memperlihatkan beberapa unsur yang kembali berulang(artinya, pengulangan tahap yang terdahulu) da nada beberapa daripadanya yang unik.

Sorokin mengacu pada pola-pola perubahan budaya jangka panjang yang bersifat"berulang-berubah" (varyingly recurrent). Dia menjelaskan pola-pola itu demikian:

Karena tidak ada satu kecenderungan linear yang permanen, dan karena arah-arahnya itu berubah, proses-proses sejarah dan sosial terus-menerus mengalami variasi-variasi baru dari tema-tema lama. Dalam pengertian ini, variasi-variasi itu mengandung hal-hal yang tak terduga dan jarang dapat diramalkan keseluruhannya. Dalam pengertian ini, sejarah sebagai suatu keseluruhan tak pernah berulang, dan seluruh proses sejarah mempunyai suatu aspek yang unik dalam tiap saat eksistensinya, suatu aspek yang mungkin dapat diramalkan hanyalah bahwa ia tak-teramalkan (unpredictability).

Penekanan Sorokin pada berulangnya tema-tema dasar dimaksudkan untuk menolak gagasan bahwa perubahan sejarah dapat dilihat sebagai suatu proses linear yang meliputi gerak dalam satu arah saja. Dalam hal ini Sorokin berbeda dari Comte yang percaya akan kemajuan yang mantap dalam perkembangan intelektual manusia. Sorokin lebih suka melihat pendekatannya sebagai suatu perspektif "integralis" daripada mengklasifikasikan karyanya sebagai suatu teori organis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline