Lihat ke Halaman Asli

Belajar Menulis dengan Menulis

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Banyak di antara murid saya yang merasa sudah kalah sebelum belajar dengan benar. Bahkan ada di antara mereka yang menjadikan rasa malas sebagai penyebab ketidak-berdayaannya dalam belajar menulis. Perlu diketahui bahwa rasa malas sebenarnya kita sendiri yang ‘menciptakannya’. Mungkin tepatnya membiarkannya agar terus menyelimuti pikiran dan perasaan kita. Akibatnya, kita kehilangan gairah untuk memulai belajar menulis (atau juga kegiatan lainnya).

Belajar menulis tidaklah sulit, jika kita mau beranjak untuk segera menuliskannya. Sebab, sama seperti belajar silat, jika kita tak segera menggerakkan badan untuk memeragakan jurus-jurus bela diri itu, amat wajar jika kemudian kita tak bisa lihai bermain silat. Setiap orang punya potensi yang sama, yang seringkali muncul pada kondisi ketika kita sudah memiliki minat yang kuat terhadap apa yang ingin kita raih. Boleh percaya boleh tidak, jika kita sudah berbulat tekad, maka halangan apapun tak akan mampu membendung kerasnya keinginan kita.

Menulis itu keterampilan, maka harus sering dilatih dengan rajin menulis. Itu sebabnya, belajar menulis itu solusinya adalah MENULIS. Lho, bukankah menulis erat kaitannya dengan membaca, sehingga jika kita malas membaca juga akan berakibat malas menulis? Hmm.. menurut siapa itu? Saya justru sering berhadapan dengan orang yang hobi membaca tetapi dia terang-terangan tak suka menulis. Fenomena apa ini?

Idealnya, memang orang yang rajin membaca adalah orang yang juga rajin menulis. Kedua aktivitas itu tak bisa dipisahkan. Tetapi faktanya, ada juga orang yang doyan membaca tapi berat untuk menulis. Membaca baginya sebatas memenuhi hasrat pengetahuannya semata, tak mau dibagikan lagi melalui tulisan kepada orang lain. Orang jenis ini hanya berhenti pada tataran kepuasan diri semata, ilmu yang didapat cukup baginya dan tak tergerak untuk menyebarkannya. Betul begitu?

Ah, tidak juga. Lho, bagaimana ini? Iya. Sebab, ada juga orang yang memang bukan tak suka menulis, tetapi karena ia tak bisa memulai menulis. Jika faktanya demikian, berarti harus diyakinkan bahwa menulis itu sarana berbagi dan berharap mendapat pahala dari kemanfaatan yang kita berikan kepada orang lain melalui tulisan.

Lalu bagaimana? Harus bagaimana? Jika ingin tetap belajar menulis, segeralah langsung menulis saja. Tak usah dipikirkan terlalu lama. Salah itu wajar kok, asal jangan sengaja berbuat salah. Berikutnya, kita harus mau belajar dari kesalahan dengan cara memperbaikinya. Bagaiamana pun, belajar itu memang butuh proses. Setuju? Jika setuju, segeralah menulis!

Salam,

O. Solihin
Twitter di @osolihin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline