Lihat ke Halaman Asli

Bisnis Rasa Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semalam pulang kerja, saya nyalain TV, pas channelnya Metro TV. Kebetulan malam itu tanggal 26 agustus 2013, lagi ada pembahasan ttg sebuah masakapai yg mau bangkit dan bekerja sama dengan maskapai singapore.  Maskapai tersebut  bermain di Low Cost carier.  Jadi mau ikut kue bisnis di penerbangan murah.  Dalam talkshow tersebut ternyata yg dibahas adalah komplain beberapa penumpag dari daerah yg menuntut tiket kembali, karna saya nonton gak dari awal,  baru saya mengerti kalau maskapai ini tiba2 menutup rute yg baru mereka buka.

Hal ini tentu lebih parah dari delay atau penerbangan yg cancel. ini adalah penutupan rute, sehingga orang yg sudah beli tiket ingin uang kembali tetapi tidak ada respon yg positif dari pihak simaskapai.  Setelah berapa lama saya ikuti. saya jadi berpendapat sendiri.

Apakah maskapai tersebut tutup karna penumpang yg naik sedikit, padahal jumlah penumpang diindonesia sangat potensial dari segi jumlah.

Apakah karna soal sepele dimata kita? pembatasan berat barang baik bagasi maupun tentengan yg dibawa ke kekabin terlalu ketat.  Ini hanya pandangan saya, bukan kah orang indonesia kalau bepergian sangat indentik dengan bawaan yg banyak remeh temeh. Tipikal ini sangat kental . Kebayang ibuk yg mau terbang bawa oleh2 untuk cucunya di Jakarta ternyata harus ditinggal atau dicharge  100 ribu 1 kilogram, akhirnya semua terbang menggunakan maskapai ini hanya satu kali aja.

Lalu bandingkan dengan pesawat murah dengan lambang singa, maskapai ini sangat meng akomodir behaviornya orang inodonesia, bagasi kabin lebih besar, petugasnya cenderung cuek dengan bawaan yg banyak  kekabin  hal ini disenangi oleh orang indonesia, walapun mereka memberi charge terhadap kelebihan berat  bagasi, delay sejam 2 jam pun dimaafkan kadang kesal tapi setelah terbang mereka kembali tertawa.

Penumpang sangat  mengerti kalau mau nyaman banget dan agak tepat waktu ya naiklah Garuda Indonesia, dmana kita bisa sebut ini premium class untuk penerbangan di dalam negeri

Maskapai sebelah yg yg kita bahas diatas menerapkan peraturan ketat, maksudnya pasti sangat baik, dengan memahalkan ekstra bagasi, akan membuat orang berfikir tidak bawa bagasi banyak, iya kalo itu di Singapore,  persis seperti mereka memahalkan parkir serta pajak mobil sehingga orang berfikir 10 kali punya mobil tetapi  di Indonesia yg terjadi adalah penumpang mengumpat tidak habis habisnya sehingga pesan itu sampai dari mulut kemulut membuat calon penumpang lain gak mau juga naik maskapai tersebut.  akhirnya  beberapa rute yg didapat harus pula cepat2 tutup.

Saya sampai pada kesimpulan apakah bisnis dengan banyak permisif diindonesia akan lebih gampang diterima diindonesia, atau memang memahami costumer behavior itu sangat penting, apa yg diterapkan dinegara lain akan sangat berbeda hasilnya dengan respon di indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline