Lihat ke Halaman Asli

Apalah Arti Sebuah Nama?

Diperbarui: 7 September 2015   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Di Pamalang, Media kembali memberitakan seorang ABG bernama D. Ini adalah pemberitaan yang kesekian kali oleh Media terhadap nama-nama unik bin nyeleneh."][/caption]

Nama tentunya sangat penting, digunakan oleh setiap orang sebagai identitas diri yang paling mendasar. Nama diberikan oleh orangtua, saat seseorang pertama kali lahir di dunia. Sebagian orang meyakini, nama adalah sebuah doa. Tidak sedikit juga meyakini, bahwa nama adalah sebuah harapan. Dan segelumit orang mungkin sepaham dengan sepenggal kalimat "Apalah arti sebuah nama?" Mungkin ini adalah sebuah pertanyaan yang sedikit absurd bin nyeleneh. Pentingkah mempertanyakan arti dari pemberian sebuah nama? Sebenarnya, tidak penting. Namun, akan menjadi perlu untuk dianalisa kembali saat media memberikan ekspos yang sedikit berlebihan terhadap pemberian nama.

Setelah beberapa pekan lalu, berawal dari media sosial, beberapa media besar di Indonesia kompak menghebohkan berita tentang seorang pria di Banyuwangi bernama Tuhan. Tidak berhenti sampai disana, MUI (Majelis Ulama Islam) Jawa Timur sampai meminta supaya KTP Tuhan ditarik dan tidak bisa mengakses layanan publik. Alasan MUI bisa diterima oleh akal sehat, mengingat Tuhan hanya perlu menambah namanya, agar tidak menjadi hanya “Tuhan”. Di Brazil dan Portugal, akan begitu banyak orang menggunakan nama “Jesus”, yang diyakini umat Kristiani sebagai Tuhan. Beberapa orang terkenal menggunakan nama Jesus dengan penambahan marga atau sukunya, seperti Jesus Silva, Jesus Navas, Nelson Jesus “Dida”.

Setelah nama Tuhan, kembali muncul Saiton di Palembang. Dan lagi-lagi, Media mem “blow-up” cerita tentang Saiton, seorang guru berusia 36 tahun yang ada di Palembang dan membuatnya mendadak tenar. Hal ini menjadi menggelitik saat media mencoba “mempertemukan Saiton dan Tuhan.” Bagaimana jadinya Saiton bertemu dengan Tuhan? Ini akan menjadi sebuah lelucon yang mungkin menggelitik dan mungkin mengundang tawa bagi masyarakat. Sebuah headline di media bertuliskan “Akhirnya, Saiton bertemu dengan Tuhan” tentu menjadi sebuah hiburan yang terkemas dalam sebuah berita yang disajikan oleh media. Setelah Saiton dan Tuhan, kembali muncul di media sebuah SIM atas nama Slamet Dunia Akhirat. Dan sekali lagi, media kembali membuat pemberitaan mengenai hal ini. Namun, terlalu pentingkah hal ini untuk di “blow-up” menjadi pemberitaan berhari-hari untuk menjadi komsumsi masyarakat, ditengah begitu banyak informasi penting seputar ekonomi melemah, dinamisnya politik yang terjadi saat ini?

Media Kurang Piknik?

Berita tentang nama unik bin nyeleneh belum berhenti sampai disini. Seorang ABG bernama “D” kembali menjadi pemberitaan yang menghebohkan. Usut punya usut, gadis asal kabupaten Pemalang ini memiliki sejarah kenapa diberi nama D. D adalah anak keempat, dan D adalah huruf keempat dalam abjad. Ditambah proses persalinan yang singkat, membuat nama “D” sudah mewakili semuanya. Ini memperlihatkan media begitu “getol” dalam mencari hiburan dalam bentuk berita. Tercatat sudah berminggu-minggu media memberitakan mengenai “Pemberian nama yang unik bin nyeleneh”. Sebagai alat penyampai informasi kepada masyarakat, apakah media sudah kehabisan berita untuk disampaikan sehingga hal sederhana seperti ini perlu diulas berminggu-minggu? Atau media kurang piknik?

Seperti yang dituliskan oleh William Shakespeare dalam masterpiece nya, “Romeo and Juliet”, ada sepenggal kalimat yang begitu menggelitik jiwa. “What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet.” Apalah arti sebuah nama? Meskipun kita menyebut mawar dengan nama lain, wanginya akan tetap harum. Tuhan, Saiton, Slamet Dunia Akhirat, dan D mungkin adalah segelumit nama yang terdengar “aneh bin nyeleneh” bagi kebanyakan orang, namun pada akhirnya, akhlak, moral, prestasi atau apapun pencapaian mereka pada dasarnya tidak berkorelasi dengan nama mereka. Bahkan dengan pemberitaan media, bisa saja menimbulkan kesan negatif bagi mereka seperti yang dialami Tuhan, dan stereotip negatif masyarakat tentang nama Saiton bisa saja tumbuh berkembang karena pemberitaan media. Dan saya sangat yakin bahwa Tuhan, Saiton, Slamet Dunia Akhirat atau D lebih memilih dikenal masyarakat melalui prestasi dan pencapaian positif mereka ketimbang mempertanyakan doa atau harapan yang disematkan oleh orangtua mereka melalui nama mereka.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline