Lihat ke Halaman Asli

Dr. Abdullah Oski Illiandri

Akademisi dan Peneliti

Apakah Hina Menjadi Penjual Bubur?

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Membaca tulisan wartawan detik dot com tentang perjalanan nasib dari mantan artis Norman Kamaru sungguh memprihatinkan. Bukan kisah Norman Kamarunya yang memprihatinkan, tapi wartawannya yang nulis itu lho! Terlihat sangat nampak mindset si wartawan betapa hina dimatanya profesi penjual bubur dibandingkan menjadi artis yang penuh kemewahan dan dikelilingi popularitas. Tulisan semacam itu merupakan racun bagi semangat kewirausahaan yang sedang giat-giatnya dicanangkan oleh pemerintah. Semangat kewirausahaan yang memang harus dimulai dari nol dihina mentah-mentah oleh si wartawan dengan sebutan "hidup sederhana" dibandingkan dengan segala kemewahan hidup yang dirasakan oleh para artis. Secara eksplisit tulisan itu mentertawakan nasib seorang penjual bubur dan menganggap hina pekerjaan berdagang.

Bagi penulis, sungguh kesederhanaan Norman Kamaru hari ini sangat jauh lebih terhormat dibandingkan dengan hidup glamournya sebagai artis yang pernah dia reguk. Sungguh kenikmatan hidup sederhana yang dilaluinya tak bisa dirasakan oleh orang-orang yang mengagungkan hidup mewah dan penuh kelezatan materi. Sungguh sangat terhormat seseorang yang tidak malu berdagang selapak dua lapak demi menghidupi anak istri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline