Dia adalah makhluk yang diciptakan dengan ribuan sukacita jutaan duka. Kadang aku berpikir mengapa mereka hidupnya selalu bertabur sukacita sementara dia selalu bermandikan air mata. Apa yang salah dengan sujudnya?
Ada yang tak bersujud namun hidupnya selalu dilimpahi berkat sementara dia tak ada malam yang dilalui tanpa sujud syukur. Tak ada hari yang diawali tanpa sujud restu. Tetapi dia selalu menuai ratap tangis. Ada apa dengan dirinya. Mungkinkah dosanya begitu menumpuk di lembaran diary Tuhan atau itulah garis takdir yang telah terukir untuknya?
Aku adalah saksi bagaimana keyakinannya pada Tuhan. Dia mengajarkanku banyak hal,iman dan takwanya membuatku begitu kagum padanya.
Tetapi aku bertanya tanya tentang sujudnya. Semakin dia mendekatkan diri pada Tuhan semakin banyak air mata yang mendekapnya. Dia didiagnosa kanker paru-paru. Tetapi senyum terbaiknya selalu bermekar dibalik wajahnya. Setiap hari minggu dia juga selalu mengajakku pergi beribadah. Dia berusaha mendekatkan diriku pada Tuhan.
Ada apa dengan dirinya. Mengapa sosok seperti dirinya harus menanggung jutaan beban disaat sujudnya selalu tertuju pada Tuhan ? Kadang aku mencari tahu dimana letak kesalahan dari sujudnya.
Itu adalah hal konyol yang pernah kubuat. Bahkan aku kerap meminta padanya untuk rehat sejenak dari Tuhan. Dia hanya tertawa lalu memberi petuah padaku."ketika sujudmu berakhir air mata jangan jadikan itu sebagai alasan tuk menjauhkan diri dari Tuhan tetapi jadikan itu sebagai fondasi tuk semakin mendekatkan diri padaNya"
Jawaban itu menampar keras imanku. Keyakinan dan cintanya untuk Tuhan begitu luar biasa. Aku lupa upah menjadi pengikut Tuhan adalah penderitaan dan jika kita bertahan terhadap penderitaan maka mahkota keselamatan yang akan kita raih. Bukan semata tentang keselamatan dunia tetapi perihal keselamatan diakhirat.
Lalu bagaimana dengan akhir dari sujud panjangnya? Sujud terakhirnya masih terekam jelas dimemoriku. Dia tak meminta perihal kesembuhan hanya memohon agar dosanya diampuni dan pintu surga terbuka untuknya.
Akhir dari segala sujud panjangnya adalah kematian. Kematian yang mematikan segala penderitaannya dan menitipkan titik kesadaran bagiku bagaimana seharusnya beriman pada Tuhan.
Kematian bukan berarti Tuhan mengabaikan diriku tetapi karena cinta Tuhan teramat besar untukku. Kematian bukanlah akhir tapi awal menuju hidup yang kekal.
Itulah tulisan yang terukir jelas dilembaran terakhir buku hariannya.