Lihat ke Halaman Asli

Hilangnya Tradisi Kareku Kandei bagi Sampela Siwe (Wanita) Mbojo

Diperbarui: 12 April 2016   10:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kareku Kandei atau memukul lesung dengan berbagai ragam ritme dan irama adalah sebuah tradisi unik masyarakat Bima yang telah berlangsung sejak zaman dulu. Atraksi ini biasa dilakukan oleh kaum perempuan terutama setelah selesai menumbuk padi secara bersama-sama. Hal ini dilakukan sebagai hiburan dan pelepas lelah setelah menumbuk padi dan membersihkannya hingga menjadi beras.

Pada tradisi ini, beberapa orang perempuan memukul Lesung (wadah padi) kosong yang terbuat dari batang pohon kelapa dengan alat pukul sebilah bambu atau dalam masyarakat Bima disebut Alu. Keunikan dari tradisi Kareku Kandei ini terletak pada bunyi pukulan yang keluar dari lesung tersebut dan juga kostum yang digunakan oleh para pemukul yaitu ‘Tembe Nggoli’ atau kain tenun khas masyarakat Bima dan Dompu.

Hingga saat ini, Tradisi Kareku Kandei masih dipertahankan oleh sebagian masyarakat Bima dan Dompu. Selain sebagai tugas khusus bagi wanita, Kareku Kandei juga sebagai bukti bahwa kebersamaan perempuan tetap terjaga. “Tradisi ini merupakan bentuk gotong royong dan kebersamaan bagi para wanita. Tidak hanya saat memukul padi namun Kareku Kendai juga biasanya dimainkan pada upacara pernikahan atau ukur baju,”  

Biasanya, tradisi ini dilakukan oleh para gadis pada saat bulan purnama dan barengi dengan kapatu mbojo (pantun bima yang dinyanyikan). Dalam satu lesung  biasanya ada beberapa orang yang memukul lesung tersebut. Pukulan-pukulan itu biasanya menghasilkan irama yang bisa dipadukan dengan nyanyian lagu mbojo.  

Hal ini bukan saja dijadikan sebagai hiburan bagi masyarakatnya akan tetapi juga ini dijadikan sebagai ajang silaturrahim dan berkumpul bagi masyarakatnya. Wanita yang melakukan kareku kandei ini harus mengenakan pakaian rimpu dengan menggunakan tembe nggoli yang dibuat sendiri oleh masyrakat daerah setempat. Kareku kandei juga dijadikan sebagai bentuk kesyukuran masyarakat setempat atas hasil panen yang diberikan oleh Tuhan yang maha kuasa.

Akan tetapi sekarang, bila kita lihat bahwa tradisi kareku kandei sekarang sudah hampir dilupakan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sampela siwe mbojo yang sudah tidak mau peduli lagi dengan hal-hal yang seperti ini. Inilah yang menyebabkan pudarnya dan lama kelamaan kalau tradisi ini tidak dilestarikan maka kemungkinan besar tradisi yang seperti ini akan punah. Maka dari itu kita sebagai penerus atau putra dan putri asli daerah mbojo harus berupaya melestarikan hal-hal yang seperti ini agar tradisi kareku kandei ini dapat diwariskan dari generasi ke generasi dan menjadi kebanggaan kita sebagai putra dan putrid asli daerah Bima.

Sumber :

Tenun oleh Wikipedia : https://id.wikipedia.org/wiki/Tenun

Nara sumber :

1.      Nur Annisah (Mahasiswa UNRAM 2013, Asli Bima)

2.      Iis Kurniati (Mahasiswa UNRAM 2013, Asli Bima)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline