Lihat ke Halaman Asli

Depresi Merupakan Gangguan Mood Disorder

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

[caption id="" align="aligncenter" width="619" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)"][/caption] Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan baik bisa berakhir dengan bunuh diri. Secara global, lima puluh persen dari penderita depresi berpikiran untuk bunuh diri, tetapi yang akhirnya mengakhiri hidupnya ada lima belas persen. Selain itu, depresi yang berat juga menimbulkan munculnya berbagai penyakit fisik, seperti gangguan pencernaan (gastritis), asma, gangguan pada pembuluh darah (kardiovaskular), serta menurunkan produktivitas. Sejak depresi sering didiagnosis, WHO memperkirakan depresi akan menjadi penyebab utama masalah penyakit dunia pada tahun 2020. Depresi sering dianggap hal yang sepele oleh sebagian besar masyarakat. Tetapi, jika depresi ringan tidak segera ditanggulangi, akhirnya akan menjadi depresi berat. Bila tidak diberikan terapi dengan baik, akan membahayakan individu yang mengalami depresi tersebut. Depresi merupakan salah satu gangguan mood (mood disorder) dan merupakan gangguan unipolar, yaitu gangguan yang terdapat pada perubahan kondisi emosional, motivasi, fungsi dan perilaku motorik serta perubahan kognitif. Depresi banyak diartikan sebagai gangguan perkembangan emosi jangka pendek atau lebih kepada masalah-masalah perilaku seseorang di mana seseorang tersebut merasakan perasaan sedih yang sangat mendalam dan merasa kehilangan harapan atau merasa sia-sia yang menjadikan kondisi mood menurun. Depresi menyebabkan terganggunya aktivitas diri dan sosial sehari-hari. Adapun penyebab depresi yaitu: 1. Biologis Suatu bidang pengetahuan yang semakin berkembang mengimplikasikan faktor-faktor genetis pada gangguan mood. Kita mengetahui bahwa gangguan mood, termasuk depresi mayor dan gangguan bipolar cenderung menurun pada keluarga. Namun, bukti yang mengacu pada suatu dasar genetis untuk gangguan mood berasal dari penelitian-penelitian yang menunjukkan bahwa semakin dekat hubungan genetis yang dibagi seseorang dengan orang lain yang menderita suatu gangguan mood mayor (depresi mayor atau ganguan bipolar), semakin besar kecenderungan bahwa orang tersebut juga akan menderita suatu gangguan moodmayor. Penelitian awal mengenai dasar penyebab biologis dari depresi berfokus pada berkurangnya tingkat neurotransmiter dalam otak, pada tahun 1950-an. Penemuan yang dilaporkan pada masa itu adalah pasien hipertensi (tekanan darah tinggi) yang meminum obat reserpine sering menjadi depresi. Reserpine menurunkan suplai dari berbagai neurotransmiter di dalam otak, termasuk norepinephrine dan serotonin. Kemudian muncul penemuan bahwa obat-obatan yang menaikkan tingkat neurotransmiter seperti norepinephrine dan serotonin di otak dapat mengurangi depresi. 2. Psikologis Faktor kepribadian premorbid. Tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang dengan ciri kepribadian mana pun dapat mengalami depresi, walaupun tipe-tipe kepribadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif, histerik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya.

Kehilangan harga diri. Depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan ke dalam dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya, akan mengakibatkan mereka putus asa.

Gangguan kognitif dapat menyebabkan depresi. Beck mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad kognitif, yaitu pandangan negatif terhadap masa depan, pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga,  pandangan negatif terhadap pengalaman hidup.

Learned Helplessness. kecemasan pada seseorang dapat menjadikan depresi ketika membuat keputusandisebabkan karena mereka tidak memiliki kontrol atas stres dalam kehidupannya baik sesuai kenyataan maupun tidak.

3. Sosial Peristiwa hidup yang penuh tekanan, seperti kehilangan seseorang yang dicintai atau lama menganggur. Kurangnya reinforcement. Interaksi yang negatif dengan orang lain menghasilkan penolakan. Selain hal tersebut ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya depresi, yaitu hubungan perkawinan yang tidak memuaskan, kurangnya dukungan sosial dari orang-orang terdekat. 4. Spritual Depresi dapat terjadi karena rendahnya kadar keagamaan dalam diri seseorang. Orang yang kadar imannya atau ketakwaannya rendah, cenderung lebih mungkin menderita depresi karena kurangnya pegangan hidup. Tanpa pegangan hidup yang berupa kaidah-kaidah keagamaan, kehidupan seseorang akan terombang ambing tak menentu, dan dapat mengakibatkan kekurang-mampuan dalam menghadapi tantangan, sehingga dapat menimbulkan depresi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline