Lihat ke Halaman Asli

Kado untuk Ibu

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1387941309756116454

Menuliskan sesuatu tentang Ibu bagiku tidak semudah itu. Begitu banyak hal yang telah kami lalui bersama. Dalam suka dukanya kasih sayang yang terjalin antara Ibu dan anak. Dalam bahasa yang kadang memang hanya kami saja yang memahaminya. Namun di antara banyaknya peristiwa-peristiwa itu, ada satu momen yang mungkin bisa ku bagi untuk kita semua. Momen yang membahagiakan untukku dan tentu saja Ibu.

Tepatnya setahun yang lalu, di bulan November. Ibuku yang manisnya tidak jauh beda denganku akan berulang tahun pada tanggal 7, minggu pertama bulan itu. Dari sehari sebelumnya, ku sudah sibuk mencari kado. Namun, hingga keesokan harinya, tetap tidak ada yang bisa akhirnya ku bungkus dengan hiasan pita pink seperti biasanya. Dan akhirnya, pagi itu pun aku mulai uring-uringan di kantor. Melihat ke kanan, kiri. Yang ada hanya steples, pena, penggaris, komputer, printer, kertas-kertas, lem dan alat tulis kantor lainnya beserta tumpukan dokumen yang harus ku kerjakan hari ini. Oh.., Ibu. Aku belum mendapatkan sesuatu untuk ku jadikan kado hari ini. Aku pun merenung, sambil mencoret-coret kertas. Aku ingin kado yang tidak biasa. Tapi apa ya? Pikirku sambil meneruskan renunganku.

Tiba-tiba kemudian tanganku menyambar sebuah kamera digital dari dalam tas, lalu secarik kertas yang kemudian ku letakkan di atas printer. Tubuhku pun beralih ke depan komputer. Dan jari-jariku pun mulai menulis, “SELAMAT ULANG TAHUN MAMINYA YOSSIE ^_^” . Seketika seonggok ide pun lahir lahir tulisan itu. Tulisan itu pun akhirnya aku print. Kemudian aku terus memperhatikannya dengan seksama. Huft..., ini untuk Ibu. Ku mulai mengayunkan kaki menuju meja sebelah. Disana ada  teman kerjaku yang tengah serius mengerjakan sesuatu. Mungkin pekerjaan kantor yang sedang kejar dateline.  Aku pun menyodorkan kertas yang telah ku print tadi ke hadapannya. Ia pun kaget dan lalu bertanya, kertas apakah ini? Aku pun menyeringai, dan lalu menjawab. Mas, Ibuku hari ini ulang tahun. Tolongin aku ya, pegang kertas ini, berpose dengan pose terbaik sambil menghadapkan tulisan ini ke kamera, habis itu aku foto. Dengan polos dan tampang tidak bersalah. Awalnya si mas tetawa. “Ada-ada saja!” , tapi meski pun begitu akhirnya, ia pun luluh juga. Jeppeerrtt...!! Hore..., sudah dapet satu foto. Aku pun kemudian berjalan menelusuri ruang kerjaku. Hampir semua teman kerjaku dapat bagiannya pagi ini untuk ku foto. Hanya satu hal yang menyemangatiku kala itu, Ini untuk Ibu. Dan senyum pun mengembang di pipiku.

Setelah selesai dengan ruang kerjaku, aku pun berjalan menuju ruang kerja divisi yang lainnya. Satu ruangan ke ruangan yang lain. Tidak lupa juga pantry, tempat berkumpulnya para Cleaaning Service. Dan akhirnya tinggal satu ruangan lagi. Yaitu ruangannya Bapak Direktur. Jantungku berdegub dengan kencang. Karena beliau terkenal cukup menyeramkan di kantor. Lagi-lagi ku ingat Ibu. Ku membayangkan mata beliau yang berkaca-kaca. Langkahku tak boleh terhenti disini. Akhirnya ku putuskan menuju ruangan pak Direktur. Dengan senyuman polos, aku minta izin kepada kakak sekretaris untuk menemui Bapak Direktur. Dan diperbolehkan. Baru sampai di pintu, sudah terdengar suara beliau. “Ada yang bisa saya bantu?”. Meski dadaku sedikit gemetar tapi tetap berusaha tersenyum. Dan mulai melacancarkan aksi. Dan ternyata, beliau melakukan seperti apa yang ku instruksikan. Oh.., Bapak Direktur, terima kasih untuk kebaikannya padaku hari ini. Siapa bilang Bapak Direktur itu menyeramkan? Hehehe.

Akhirnya terkumpul sudah foto-foto itu. Aku pun meng-edit nya untuk dijadikan sebuah movie. Yang nanti akan ku tayangkan di depan Ibu. Ibu..., lihatlah perjuangan anakmu. Sekarang tidak hanya anakmu yang manis ini saja yang mengucapkan selamat ulang tahun untukmu, Bu. Tapi Seisi kantor dari mulai cleaning service, pegawai, pejabat hingga Bapak Direktur. Sepulang kerja nanti, aku akan membeli sebuah blackforest, kue kesukaan Ibu. Lihat saja, akan ada kejutan yang tak terlupakan untukmu Bu. Ucap ku dengan girang. Aku kemudian mengambil handphone dan menelpon adik-adikku, untuk menceritakan rencana kejutan untuk Ibu. Mereka pun menurutinya dan mengerjakan sesuai dengan yang telah ku rencanakan.

Sesampainya di rumah. Semua sudah di setting dengan baik. Adikku bertugas membawa Ibu jalan-jalan dulu, kemudian baru di bawa pulang. Dan sesampainya di rumah. Tadda..., Selamat Ulang Tahun Bu. Kami menyambut Ibu dengan sebuah blackforest beserta lilin kecil di atasnya. Wajah Ibu terlihat berseri-seri. Kami senang sekali. Kami pun mengajak Ibu ke ruang keluarga, dan Ibu... ini kado untuk Ibu. Terputar sebuah film yang terdiri dari foto-foto yang ku ambil di kantor tadi pagi. Dan Ibu pun menangis bahagia. Hanya satu kalimat yang mampu ia ucapkan. “Terima Kasih, nak”. Dan kami pun berpelukan.

Ibu...

Ini belumlah ada apa-apa nya

Dengan apa yang telah engkau berikan untuk kami

Yang telah engkau ajarkan kepada kami

Ini hanyalah buah dari tanaman yang telah

Engkau tanam dan rawat dengan kasih sayang

Kami mencintaimu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline