Selama tahun 2024, beberapa kali saya mengikuti Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw menjelajah lautan di sekitar Sulut. Kedua pejabat tinggi Provinsi ini lebih dikenal sebagai dwitunggal dengan julukan OD-SK.
Menggunakan kapal bermuatkan sekitar 40 orang, kami singgah di beberapa pulau, seperti Pulau Gangga dan Bunaken. Juga singgah di pelabuhan Kalasey (Manado) dan Amurang, Minahasa Selatan.
Dalam perjalanan di lautan ini saya minta kepada Steven Kandouw (SK) untuk bercerita tentang pengalaman perjalanannya lewat laut dari pelabuhan Bitung (Sulut) ke Pelabuhan Tanjungpriok (Jakarta) pada buan Juni 2023 lalu. Perjalanan ini berlangsung empat hari tiga malam.
Gagasan perjalanan laut dengan kapal penumpang publik ini merupakan gagasan bersama OD-SK. Semula perjalanan ini akan dilakukan secara bersama dua pejabat itu (OD-SK). Tapi karena ada halangan, perjalanan sejumlah orang yang akan dipimpin Olly dibatalkan.
Perjalanan dilakukan oleh Steven Kandouw (SK) saja. Olly sendiri pernah bercerita pada saya, bahwa dia pernah naik kapal penumpang umum dari Bitung ke Jakarta tahun 1979 dengan membeli tiket Rp 30 ribu. Olly juga sering menggunakan motor laut dan dikejar-kejar ikan hiu di sekitar Pulau Lembeh, Bitung, Sulut.
Perjalanan mengarungi lautan selama beberapa hari yang dilakukan oleh SK sebagai seorang pejabat ini bagi saya merupakan titik penting untuk direnungkan. Atau kalau perlu, perjalanan ini menjadi bahan meditasi atau kontemplasi bagi banyak pejabat di Indonesia.
Perjalanan laut ini menggunakan kapal penumpang umum atau kendaraan umum di lautan. Pejabat pemerintah negeri yang berlatar belakang dari TNI Angkatan Laut (AL) atau yang pernah bekerja di kapal-kapal publik mungkin setuju bila perjalanan laut seperti itu perlu untuk direnungkan sebagai bahan evaluasi banyak pejabat di negeri yang sebagian besar wilayahnya adalah lautan, bahari.
Untuk menghayati laut kita perlu untuk pernah mengalami mabuk laut. Berhari-hari berada di kapal sebagai kendaraan umum. Ini untuk mengingatkan kita pada seruan seseorang yang berbunyi seperti berikut.
"Sudah lama kita memunggungi laut, danau dan sungai. Kita perlu membuat kapal-kapal penumpang umum dan barang mondar-mandir Sabang-Merauke atau Miangas (Sulut)-Pulau Rote (Nusa Tenggara Timur/NTT). Kita harus menjadi poros maritim dunia."