Lihat ke Halaman Asli

Tanggapan tentang “Ustaz Google”

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Untuk dapat memutuskan sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, terlebih dahulu kita mesti mengetahui seluk beluk sebuah persoalan.Memahami segala definisi istilah-istilah di dalamnya.Menggauli pelakon-pelakon, kandungan-kandungan ilmiah diantaranya, serta memasuki budaya sosial kemasyarakatannya.

Kalau itu saja tidak kita dalami, kemudian terburu-buru membikin keputusan – vonis atau fatwa – bisa jadi malah mempermalukan diri kita sendiri.Ilmu yang sejatinya berusaha kita tularkan dengan niatan baik, jadi menguap karena nafsu manusiawi ingin menang sendiri.Ingin benar sendiri.Menganggap perbincangan kelas warung kopi kita sudah pantas dinaikkan menuju pentas debat yang demokratik.

Satu persatu mari kita petani.

Tentang internet saja, sudah seberapa mengerti Anda mengenai persoalan ini? Kalau pemahaman Anda hanya berdasar pada fungsi awalannya, bahwa internet adalah sebuah alat untuk mempermudah pemerataan informasi, sekedar media satu muka, maka dari sini saja sudah bolong-bolong pengetahuan Anda.Nilai internet sebagai sebuah tanda kemajuan komunikasi yang termutakhir belum mampu Anda terima dengan taklid fisik dus serba-directional purba milik Anda itu.

Apalagi Google dan teman-temannya.Saya bahkan masih malu-malu kucing mau menjelaskan ini.Takut Anda terheran-heran menanggapi wilayah belantara luas nan asing menurut cakrawala pemikiran sampean itu, wahai Tuan Guru!

Mari memakai permisalan saja.Bayangkan ini internet ialah sebuah perpustakaan terluas yang pernah singgah di imajinasi Anda.Berderet-deret buku memenuhi seluruh ruangan.Tembok-tembok tidak dibiarkan tampil melainkan ditutupi rak-rak tinggi.Di tengah-tengah ruangan masih juga di sekat dengan barisan rak buku.Pokoknya nyaris tidak ada lagi ruang kosong.Horror vacui is now finished!

Isinya pun bermacam-macam.Seluruh macam pengetahuan yang pernah ditemukan di bumi ada disini.Catatan-catatan agama dan kepercayaan apapun lengkap.Sejarah ini-itu, sampai identitas satu orang manusia diantara triliyunan penduduk bumi ini bisa dicari.Ingin tahu lokasi daerah apa saja – selama Anda masih kuat bertanya – hasilnya pasti ada.Intinya tidak bakal ada jawaban “tidak tahu” atau “tidak ditemukan” terhadap segala pertanyaan dan kekhawatiran Anda.Semuanya ada.Semua bisa.Tinggal Anda ini mau atau tidak.

Kemudian pikirkan.Jikalau pekerjaan mencari satu jawaban atas sebuah pertanyaan diantara berjuta-juta bahkan milyaran buku tersebut harus Anda lakukan sendiri, apa tidak mbrodol kira-kira manusia?Apa tidak sudah menyerah dari tadi pagi, daripada digilakan karena mesti membuka seluruh isi buku-buku di perpustakaan itu satu persatu.Mencari halaman demi halaman, membaca baris per baris.Apa kira-kira tidak sama saja kita ini dengan homo sapiens-homo sapiens – koloni manusia purba – jutaan tahun silam?

Karena itulah Google berada!

Juga Yahoo, juga Bing, dan sederet mesin pencari yang kurang populer lainnya.Bukan karena Google ingin melakukan brain washing atas syaraf otak Anda yang bahkan sudah washed itu.Bukan karena mereka ingin menyuntikkan konspirasi apa-apa di kepala Anda.Bukan lantaran penciptanya tidak berkeyakinan sama dengan Anda maka Anda patut jauh-jauh dari ini, bukan! Jangan cekak begitu, bahkan saat ini pun Anda sedang membaca sebuah tulisan melalui komputer buatan Amerika, kan? Atau Jepang, atau Finlandia, Rusia, atau sekedar made in China?

Google membantu Anda menemukan jawaban atas pertanyaan Anda diantara berderet buku-buku di perpustakaan internet tersebut.Jadi Anda tidak perlu lagi membukanya satu per satu.Tentang isi buku itu, siapa pengarangnya, tulisan siapa, apakah isinya benar, relevan, palsu, atau bahkan hanya tipu daya – itu sama sekali bukan urusan Google! Anda-lah, kita-lah yang bertanggung jawab untuk menyaringnya sendiri.Melakukan pemfilteran mandiri atas apa-apa yang akan masuk di kepala kita.Google hanya sebatas memberikan puluhan, ribuan, bahkan jutaan buku yang isinya sesuai dengan pertanyaan yang kita ajukan.

Dan sepengetahuan saya, Google juga tidak menulis sesuatu apapun tentang pengetahuan apapun.Dia hanya murni sebuah mesin pencari.Jadi Anda tidak perlu khawatir tentangnya.Tidak perlu takut, dia tidak menggigit.Nafsu dan keingin-tahuan kita-lah yang justru berpotensi menggigit.Karena sebagaimana sebuah mesin, Google hanya melakukan apa saja yang diperintahkan.Dia itu robot.Jika Anda minta gambar pemandangan, dia berikan pantai-pantai, laut, bukit-bukit.Jika Anda minta gambar telanjang, dia akan polos menampilkan ibu-ibu tanpa pakaian.Maka jangan bodoh-bodohkan internet, jangan kafir-kafirkan Google, diri Anda-lah yang sejujurnya perlu diantisipasi.

Internet dan seluruh rekan-rekan didalamnya ibarat dua mata pisau.Bagai sebuah celurit.Jika Anda berikan pada cah angon – anak-anak gembala – maka dia memakainya untuk ngarit (mencari rumput), disuguhkan kepada ternak.Tetapi kalau Anda berikan pada orang yang mengamuk, maka jadinya carok.Dapat dipakai melukai, membunuh, sampai memulitasi.

Oke, sekarang saya pikir Anda mulai hanya khawatir tentang kredibilitas pengarang-pengarang buku dan penulis-penulis informasi pada perpustakaan internet itu.Marilah kita sikapi.Di internet, sepenuhnya hak Anda untuk memilih apa yang pantas Anda baca dan apa yang tidak.Tulisan siapa yang menurut Anda bisa dijadikan rujukan dan siapa yang tidak.Jadi tidak pernah ada paksaan, feodalisme, atau otoritas yang berwenang mengatur kegiatan Anda berselancar (browsing).

Dan perlu Anda ketahui, bahwa kebanyakan orang hebat yang anda kagumi itu sekarang juga ada di internet.Mereka sangat sadar teknologi, sangat tepat memanfaatkan produk kemanusiaan ini.Mereka tidak melewatkannya, tidak memubazirkannya, untuk melebarkan arus penyebaran ideologi mereka masing-masing.Anda tinggal pahami sebuah tulisan itu karangan siapa, ditulis untuk keperluan apa, dan apakah bermanfaat untuk Anda.Jika tidak tinggalkan, tidak perlu dipakai.

Jadi apabila ada vonis tentang pengaruh buruk internet, sesungguhnya itu hanyalah sikap khawatir atas kekokohan nilai manusia kita sendiri.Internet bisa menambah value kehidupan Anda, juga bisa menendang Anda terjerembab serendah-rendahnya.

Seorang Tuan Guru mengungkapkan kesedihannya atas sikap orang-orang yang dengan mudahnya berguru pada internet.Tentang hukum ini dan itu.Kemudian akhirnya – karena kebodohan orang itu sendiri – pengetahuan yang diperolehnya sepenuhnya salah.Maka Tuan Guru kita ini marah, memarahi internet.Internet bingung.Sudah membantu mencari akar-akar jawaban, diantara berjuta pilihan dia memilih yang salah.Kemudian internet dibilang akar kebodohan.

Saya sarankan, Tuan Guru, jika Anda merasa tahu jawaban yang benar, ajak seluruh murid Anda, tiap orang membuat satu blog.Sekarang serba mudah, tidak perlu membayar, blog gratis sudah sangat banyak.Kalau pun mau yang membayar juga murah, hanya seratus sampai dua ratus ribu per tahun.Dan saya yakin makin hari akan semakin murah lagi.Kemudian suruh mereka posting di masing-masing blog-nya tentang jawaban yang benar.Anggap saja murid Anda ada 100 orang.Orang-orang yang pemikirannya salah – dan sempat di-posting di internet – palingan hanya segelintir orang.Niscaya jikalau seseorang request di Google tentang permasalahan itu, salah satu dari blog murid Anda yang akan muncul.Nilai kemungkinannya pasti lebih banyak dibanding mereka, kan? Hadapi teknologi dengan teknologi.

Kebangkitan Islam (Harakah Islamiyah) tidak bisa dilakukan hanya dengan cara yang kuno.Anda juga harus menyelami teknologi.Mengikuti arus perubahan zaman, dengan memberi pengaruh pada zaman.Tidak malah terpengaruh oleh zaman.Yang mempengaruhi Anda menjadi berhati keras dan berotak kolot.

Google bukan guru, bukan ustaz, ia hanya perantara untuk menemui guru-guru sejati kita.Banyak juga kini pesantren-pesantren, majelis-majelis keilmuan, media-media Islam, ahli-ahli tafsir, ahli fiqh, dan sebagainya - yang telah memiliki website pribadi.Dengan bantuan Google, kita semakin mudah menemukan mereka.Kemudian segera dapat ber-kopi darat dengan mereka.Bukankah dengan ini sesungguhnya nilai manfaatnya lebih tinggi dibanding mudaratnya?

Saya kira jika Larry Page dan Sergey Brin itu orang Islam, pasti bisa masuk surga.
Karena telah melakukan kesalehan sosial yang dampaknya sedemikian global.

Ataukah mereka memang sudah Islam?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline