Lihat ke Halaman Asli

Yang Lucu, Unik dan Menarik Ketika Terbang (tulisan ke 7)

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah lama saya tidak melanjutkan lagi serial berbagi pengalaman unik ketika saya terbang, saya kira sudah waktunya saya harus melanjutkannya kembali. Untuk kali ini saya mau berbagi pengalaman saat terbang yang berbuntut pada penyesalan yang masih tersisa sampai sekarang he..he....Ceritanya adalah saat saya ditugaskan oleh kantor untuk menyelesaikan sebuah misi di Jakarta. Seperti biasa kantor memberi saya tiket kelas ekonomi menggunakan pesawat Garuda. Dan seperti biasa pula saya memilih rute Balikpapan - Jakarta dengan jadwal penerbangan yang jatuh pada hari Minggu jam 5 sore. Setelah check-in ternyata saya mendapatkan kursi di deretan paling depan sebelah kanan dekat jendela. Dan mulailah saya menyiapkan teman yang akan setia menemani saya selama terbang itu.......yaitu buku. Tidak beberapa lama, penumpang satu demi satu mulai masuk ke kabin pesawat menempati kursinya masing-masing. Cuma saya heran mengapa 5 kursi di sebelah kiri saya kok masih kosong ya ?! Saya sudah membatin, bisa-bisa saya sendirian nih di barisan terdepan kelas ekonomi ini. Eh, mendekati menit-menit terakhir terjawablah pertanyaan saya itu. Masuklah satu persatu Ibu Meutia Hatta beserta anak lelakinya yang sudah pemuda itu, berikutnya suaminya Pak Prof. Sri Edi Swasono lalu diikuti ajudan menteri yang adalah Polwan itu. Belum selesai kejutan itu, di belakang mereka masuklah ke kabin kelas ekonomi ini Ibu Halidah Hatta bersama seorang puterinya yang sudah ABG. [caption id="attachment_204627" align="aligncenter" width="200" caption="Keluarga besar puteri-puteri Bung Hatta (sumber: http://fajar-aryanto.blogspot.com/)"][/caption] Dan kejutan itu pun sudah dimulai, sang ajudan yang polwan itu duduk di sebelah kiri saya, lalu putera Bu Meutia. Di seberang duduklah Pak Sri Edi Swasono, lalu Bu Meutia Hatta dan kemudian salah seorang remaja puteri yang tampaknya masih keluarga Meutia Hatta. Sementara Bu Halidah Hatta duduk di kursi baris agak belakang bersama puterinya. Sangat beruntung posisi duduk saya saat itu, saya ada di tengah-tengah keluarga besar Bung Hatta, tokoh bangsa yang sangat saya hormati itu he..he.. Saya sudah beberapa kali satu pesawat dengan pejabat atau mantan pejabat dan sepengetahuan saya biasanya mereka memilih kabin bisnis ketimbang kabin kelas ekonomi. Tapi keluarga Bu Meutia ini kok lain ? Begitu saya memberanikan diri membuka percakapan dengan sang Polwan yang terlihat cantik tersebut. Dengan ramah Sang Polwan menjelaskan kalau keluarga besar Bung Hatta baru saja kembali dari Samarinda untuk menghadiri acara resepsi pernikahan salah satu anak dari Sang Walikota Samarinda saat itu. Ternyata, kata Polwan, masih ada hubungan keluarga antara Bu Meutia Hatta dengan Sang Walikota. Mengenai alasan pemilihan kelas ekonomi, kata sang ajudan tersebut, yang pertama karena ini bukan acara kenegaraan, bukan acara resmi Menteri Pemberdayaan Perempuan jadi tidak dibiayai oleh negara. Yang kedua adalah karena mereka perginya berombongan, jadi lebih murah menggunakan kelas ekonomi daripada kelas bisnis. Demikianlah, selama dalam penerbangan ke Cengkareng itu saya berkesempatan melihat dari dekat interaksi di antara keluarga anak-anak Bung Hatta. Sama sang Polwan saya sempat diperkenalkan dengan putera Bu Meutia tersebut. Cuma sayang (dan ini yang saya sesalkan sampai sekarang), kenapa saya kok nggak minta ke Sang Polwan untuk diperkenalkan ke Pak Sri Edi dan Bu Meutia sekalian, atau paling tidak salaman aja atau minta tandatangan di buku yang saya persiapkan sebagai bacaan selama terbang saat itu ?! Padahal sudah lama saya ngefans berat sama mereka berdua lho he..he... Terus terang, mungkin saya agak enggak enak saja mengganggu kebersamaan mereka selama dalam pesawat tersebut, apalagi tampaknya selama dalam penerbangan, sesudah makan disajikan, Bu Meutia tampak menikmati istirahat dan tidurnya setelah menempuh perjalanan panjang Samarinda - Balikpapan. Sementara Pak Sri Edi dengan tampang seriusnya membaca koran Media Indonesia, yang kebetulan pada edisi Minggu itu menampilkan liputan khusus mengenai perempuan. Malah sempat dia meminta anaknya supaya nanti menggunting dan mengkliping sebuah foto mengenai Gerakan Perempuan yang dimuat di koran tersebut. Begitulah kejadiannya. Tanpa saya rencanakan saya ada di tengah-tengah keluarga besar Bung Hatta selama 2 jam penerbangan tersebut, tapi malah sungkan berinteraksi dengan mereka. Tampaknya saya tidak dilahirkan sebagai seorang fans berat yang mengejar idolanya dengan segala upayanya he..he... Menyesalnya, saya malah ngobrol banyak dengan sang ajudan yang polwan itu selama 2 jam penerbangan itu. Ngobrol banyak hal, mengenai pekerjaan, mengenai keluarga saya dan keluarganya, mengenai suka dukanya (banyak sukanya sih katanya) sebagai ajudan menteri juga mengenai kebiasaan-kebiasaan keluarga Bu Meutia yang tidak perlulah saya ungkapkan di sini. Dari obrolan itu, saya malah semakin hormat dengan keluarga ini, sebagaimana saya hormat kepada Bung Hatta dan juga patnernya, Bung Karno. [caption id="attachment_204628" align="aligncenter" width="300" caption="Bung Hatta di tengah-tengah keluarganya. (sumber: http://ksupointer.com/2009/bung-hatta-kepala-keluarga-pemimpin-rumah-tangga)"][/caption] Tak terasa....buku yang saya siapkan sebagai kawan selama terbang itu akhirnya tak terbaca. Dan menyesalnya, tidak ada pula tanda tangan Bu Meutia dan Pak Sri Edi di dalamnya he..he...Moga-moga saja kalau kumpulan catatan ini bisa dibukukan, mereka berdua bisa memberikan tandatangannya di bagian ini. Ngarep dot com he..he..   (Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 26 Juli 2010)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline