Lihat ke Halaman Asli

L’histoire se Repete-19: Sangkan Paraning Dumadi

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_188430" align="alignleft" width="300" caption="Alm. Abdurrahman Wahid. (sumber: http://widjojodipo.wordpress.com/2010/01/21/656/)"][/caption] Dengan cerdas Gus Dur melemparkan wacana untuk mempertanyakan kriteria dan definisi "orang Indonesia asli" sebagaimana dipersyaratkan oleh pasal 6 UUD 1945 sebelum diamendemen. Harap maklum, karena bunyi pasal tersebut terkesan menganakemaskan warga negara dari suku tertentu dan menganaktirikan suku-suku lain dengan alasan mereka bukan orang Indonesia asli. Karuan saja, saat Gus Dur terpilih menjadi presiden ke 4 dia bersaksi bahwa kalau merujuk pada persyaratan orang Indonesia asli sebagai syarat menjadi presiden Indonesia, dia sebenarnya bukanlah orang Indonesia asli karena ada darah Tionghoa dari nenek buyutnya. Lalu Gus Dur menggugat sebenarnya apa sih kriteria orang Indonesia asli itu, wong semua orang Indonesia, entah dari suku apapun pada dasarnya adalah kaum imigran yang memasuki dan kemudian hidup di kawasan nusantara ini.Terus terang, pernyataan Gus Dur ini membuka wawasan saya serta alam bawah sadar saya untuk bertanya-tanya sebenarnya siapa sih saya ini, bagaimana sih asal-usul saya. Atau dalam bahasa Jawanya adalah untuk mencari "sangkan paraning dumadi", untuk melacak dari mana sebenarnya kita, orang Indonesia ini berasal, persis sama dengan upaya Bima atau Werkudara yang melacak asal-usulnya seperti dikisahkan dalam cerita wayang Dewa Ruci. Saat saya masih sekolah di SD 30 tahunan silam satu-satunya teori yang bercerita tentang asal-usul kita adalah bahwa nenek moyang kita berasal dari Yunnan, Cina Selatan. Zaman terus bergerak, teknologi semakin berkembang dan teori-teori baru asal-usul manusia Indonesia semakin bermunculan sehingga melacak "sangkan paraning dumadi" kita sendiri ternyata bak mengurai benang kusut yang sangat kompleks, tidak sesederhana pelajaran saat SD dulu. Mungkin saya akan menulis hal ini dalam beberapa postingan supaya kita mendapatkan gambaran besarnya. Pulau Jawa adalah tempat tinggal salah satu ras manusia yang termasuk paling awal. Pada tahun 1890, Dr. Eugene Dubois menemukan fosil yang saat itu belum dapat ditentukan sebagai kera atau manusia sehingga Dubois menyarankan nama "Pithecanthropus Erectus" sebagai penanda. [caption id="attachment_188439" align="aligncenter" width="150" caption="E. Dubois (sumber:http://www.nederlandsindie.com/)"][/caption] Tahun 1931 sampai tahun 1941, antropolog Oppenoorth dan Von Koenigswald menemukan fosil-fosil manusia purba di Sangiran yang berasal dari masa Pleistosen awal atau pertengahan. Tampaknya kedua jenis "manusia" yang ditemukan oleh Dubois dan Koenigswald inilah manusia awal di Nusantara ini. [caption id="attachment_188441" align="aligncenter" width="300" caption="Homo Erectus. (sumber: http://nature-inland.blogspot.com/2010/01/siapakah-pribumi-asli-nusantara.htmlKBN)"][/caption] Tapi jangan salah, kemungkinan besar bukan merekalah nenek moyang langsung kita, manusia Nusantara modern ini. Berdasarkan penelitian, nenek moyang kita adalah keturunan para imigran dari Benua Asia karena ada jarak ribuan abad antara Pithecantropus Erectus dengan imigran tersebut. Benarkah ? Hanya Tuhan yang tahu pasti tentunya he..he...Tapi paling tidak melalui akal dan ikhtiar yang diberikan Tuhan kita bisa meraba-raba untuk mencari tahu asal-usul kita. Tapi manusia Nusantara ini memang sangat menarik sehingga mengundang minat orang-orang asing untuk menjadi doktor dan profesor dalam bidang kajian ini. Bayangkan, hanya di Nusantara ini peradaban modern bisa hidup berdampingan dengan peradaban zaman batu. Hanya di Nusantara inilah dalam satu wilayah yang sempit terdapat bermacam-macam bahasa dan ras. Jauh berbeda dengan situasi di belahan dunia lain. Teori yang pertama diajukan oleh Van Hein Geldern (seorang sosiolog dan sejarawan Belanda) menyatakan bahwa jaman dahulu kala terjadi imigrasi besar-besaran dari Benua Asia ke pulau-pulau di sebelah selatan Asia yang dinamakan Kepulauan Austronesia (Pulau Selatan). Kepulauan Austronesia ini meliputi Madagaskar sampai Pulau Taiwan, Pulau Paskah dan Selandia Baru dengan kebudayaan Neolithikumnya. Karena adanya bencana alam dan serangan dari bangsa lain, Bangsa Austronesia yang mendiami wilayah Yunnan, Cina Selatan berimigrasi ke kepulauan Nusantara dalam 2 gelombang, yaitu pada sekitar 2000 SM dan pada sekitar 200 SM. Mengenai teori tentang gelombang ke-2 imigrasi dari Yunnan ini ada cerita tersendiri. Pada tahun 221-207 SM, Dinasti Qin mendirikan pemerintahan yang meliputi wilayah Cina Raya. Dinasti ini menaklukkan pula Kerajaan Thai yang berada di wilayah Sichuan dan Yunnan (atau wilayah Pa dan Ngio). Dinasti Han (206 SM - 265 M) akhirnya menggantikan Dinasti Qin. Tahun 200 SM mereka menguasai pula wilayah Yunnan ini. Tahun 122 SM dibangunlah kerajaan kecil Aliao yang merupakan bentukan penduduk Proto-Thai di Yunnan dan wilayah lain. Tapi untuk menghindari Cina, mereka kemudian bermigrasi ke selatan sampai kemudian sebagian dari mereka sampai ke wilayah Nusantara ini. Waktu saya pergi ke Thailand, saya seperti menjumpai saudara jauh saja (orang wajahnya mirip kok), cuma ngomongnya saja yang beda dengan saya he..he.. Berikutnya ada P. dan F. Sarasin bersaudara, penjelajah terkenal pedalaman Sulawesi yang mengembangkan sebuah teori sebagai berikut. Teori Sarasin menyatakan bahwa penduduk asli wilayah Nusantara adalah suatu ras berkulit gelap dan bertubuh kecil yang pada mulanya mendiami seluruh daratan di Paparan Sunda (saya pernah bercerita tentang Paparan Sunda ini di tulisan sebelumnya). Karena permukaan laut yang semakin lama semakin tinggi hingga membentuk Laut Jawa, Selat Malaka, Selat Sunda dan Laut Cina Selatan maka penduduk asli ini menyingkir ke daerah pedalaman yang tidak terjamah air laut. Kelak daerah-daerah pantai yang terbentuk akan dihuni oleh gelombang imigran yang akan datang periode berikutnya. Sarasin menyebut ras asli ini sebagai sebagai "orang Vedda", nama yang mirip dengan suku bangsa Vedda di Srilanka. Yang masih satu ras dengan suku ini adalah Suku Hieng di Kamboja, Suku Miao-tse dan Yao-jen di Cina dan Suku Senoi di Semenanjung Malaya. Ras asli ini kemungkinan yang menurunkan Suku Kubu, Lubu dan Mamak di Sumatera (kita mengenalnya sebagai suku orang rimba) juga Suku Toala di Sulawesi. Hasil penelitian antropologi dan arkeologis menunjukkan bahwa "orang Vedda" yang disebut Sarasin kemungkinan besar adalah nenek moyang orang Melanesia masa kini dan ras tersebut termasuk dalam ras Negrito yang masih ada di Afrika, Asia Selatan dan Oceania. Sarasin berpendapat kemungkinan "orang Vedda" (Homo Sapiens) ini masih sempat hidup berdampingan dengan Pithecantropus Erectus di zaman Mesolithikum. Cuma "orang Vedda" ini memiliki peradaban yang lebih modern dengan bukti adanya model perkakas batu yang mereka tinggalkan. Mengenai ras Negrito sebagai ras asli Nusantara, ada teori yang terakhir mengenai penyebaran manusia Homo Sapiens. Dikatakan bahwa asal-usul manusia adalah Afrika, lalu menyebar ke seluruh penjuru dunia melalui 2 jalur, yang pertama jalur utara dan yang kedua jalur ke timur. Yang ke utara menyebar ke pantai timur Afrika, Arab bagian timur, Afghanistan lalu ke Asia Tengah. Dari Asia Tengah kemudian ada yang menyebar ke utara, selanjutnya ada yang ke barat untuk ke Eropa, ada pula yang ke timur untuk ke daerah Cina, Asia Tenggara, Jepang dan Amerika (Indian). Ada pula yang ke selatan, di daerah India, Pakistan, Bhutan, Nepal dan sekitarnya. [caption id="attachment_188479" align="aligncenter" width="300" caption="Penyebaran Homo Sapiens. (sumber: http://ariesgoblog.wordpress.com/2010/05/16/manusia-purba-di-indonesia/)"][/caption] Yang bermigrasi dari Afrika ke arah timur akhirnya sampai di Australia, Papua dan Pasifik. Jadi menurut teori ini ada 2 jalur ras Negrito di wilayah Nusantara, di sebelah barat berasal dari jalur Tiongkok dan Asia tengah, di sebelah timur berasal dari Jalur Australia. Apakah ras ini yang dikatakan oleh Sarasin bersaudara sebagai "orang Vedda" itu ? Saya bukan ahli antropologi maupun arkeologi sehingga tidak punya kapasitas untuk menyimpulkannya he..he... Melanjutkan teori Sarasin, selanjutnya datanglah 2 gelombang besar imigran di wilayah Nusantara, terutama daerah pantainya. Jumlah imigran ini kemungkinan besar sangat banyak sehingga mampu memaksa "orang Vedda" itu tambah menyingkir ke pedalaman hutan-hutan. Tentu saja ada pula yang sebagian memilih hidup bersama dalam perkawinan sehingga mulailah muncul ras-ras baru. Gelombang imigran pertama dinamai "Proto Melayu" sedangkan gelombang kedua dinamakan "Deutero-Melayu". Diperkirakan jarak kedua gelombang imigrasi ini adalah lebih dari 2000 tahun. Proto Melayu diyakini sebagai nenek moyang kelompok Melayu Polinesia yang tersebar dari Madagaskar sampai ke Kepulauan Pasifik. Mirip teorinya Van Hein Geldern ya ?! Diperkirakan mereka berasal dari Cina, tepatnya Yunnan, lalu bermigrasi ke selatan ke Indocina, lalu ke Thai dan berakhir di Kepulauan Nusantara. Kedatangan mereka membawa kebudayaan Neolitihikum dengan gerabah menyerupai gerabah Cina kuno sehingga diperkirakan kedatangan mereka pada tahun 3000 SM. Deutero Melayu kemudian pada tahun 300 - 200 SM datang di wilayah Nusantara, mendesak Proto Melayu ke arah pedalaman, hidup bersama atau bahkan melakukan perkawinan campur sehingga menghasilkan ratusan kombinasi ras di wilayah Nusantara ini. Imigran terbaru inilah yang memperkenalkan kebudayaan perkakas besi ke wilayah Nusantara. [caption id="attachment_188486" align="aligncenter" width="300" caption="Perkiraan jalur imigrasi Proto-Melayu dan Deutero-melayu (sumber: www.kaskus.us)"][/caption] Sarasin bersaudara berteori bahwa Proto Melayu mencakup Suku Gayo, Alas di Sumatera dan Suku Toraja di Sulawesi. Sementara semua suku lain, kecuali suku Papua, dimasukkan sebagai Deutero Melayu. Tapi ada sebuah teori lain bahwa generasi Proto Melayu ini menyebar melalui 2 jalur. Jalur pertama ditandai dengan adanya peninggalan kapak persegi, akan menjadi nenek moyang Suku Batak, Nias, Mentawai, Dayak dan Sasak. Jalur yang kedua ditandai dengan adanya peninggalan kapak lonjong, akan menjadi nenek moyang Suku Toraja, Papua, Ambon, Ternate dan Tidore. Teori selanjutnya adalah yang dikemukakan oleh Prof. JH Kern melalui riset filologisnya. Pada tahun 1899 ditemukan ada 113 bahasa daerah di wilayah Nusantara. Menurut Kern, semua bahasa itu memiliki kemiripan sehingga disimpulkan berasal dari bahasa yang sama yaitu Bahasa Austronesia. Bahasa ini tersebar secara luas dari Madagaskar di barat, Taiwan di utara, Pulau Paskah di timur dan Selandia Baru di selatan. Bagaimana ? Tambah bingungkah dengan aneka ragam teori tentang asal-usul kita di atas ? Atau Anda bisa melihat titik temu dan persamaan dari teori-teori yang tampaknya berbeda tersebut ? Sekarang perdebatannya adalah sebenarnya siapa sih "orang Vedda" itu ? Dari mana sih sebenarnya imigran Austronesia itu ? Apakah benar dari Yunan (Cina Selatan), Formosa (Taiwan), Jepang, Filipina atau bahkan dari Paparan Sunda sendiri ? Apakah perkembangan ilmu DNA tidak bisa memecahkan pertanyaan tentang asal-usul kita ini ? Lalu bagaimanakah bisa-bisanya Bill Clinton ikut campur urusan silsilah manusia Indonesia ini ? Saya akan lanjutkan di serial berikutnya ya he..he...   Sumber literatur: 1. Hubert Forestier, Ribuan Gunung, Ribuan Alat Batu, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2007. 2. Bernard H.M. Vlekke, Nusantara: Sejarah Indonesia, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2008. 3. Zhou Zhaocheng, Honour: Values for Success, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001. 4. http://kajiansejarahdunia.blogspot.com/2010/06/asal-usul-nenek-moyang-bangsa-indonesia.html 5. http://gantengin-jrg.blogspot.com/2008/12/asal-usul-nenek-moyang-indonesia.html   (Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 8 Juli 2010)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline