Lihat ke Halaman Asli

Penantian Puisi

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisiku lahir di kota lain, Bu!
Tumbuh tanpa asi samping
Ayun ambing serta shalawat
Pengantar menjelang tidur putera mu

Puisiku merangkak
meski tak ada tali pengikat
yang selalu kau pegang sambil membuntutiku

Aku sering merasakan sakitnya jatuh
Terseret
Terjepit
Terhimpit
Pun cubitan di tengah berdesakannya
tubuh puisi yang lain
Tapi aku tidak menangis
melihat banyak warna bekas luka pada tubuhku

Tak apa, Bu!
Luka itu abadi, namun menjadi motivasi
Agar kelak aku terbiasa dengan semua itu
Jangan menangis bu!
Biarkan Puisiku tumbuh dewasa
sampai tua renta. Supaya cucu-cucu dari putramu
melahirkan puisi-puisi yang baru
2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline