Lihat ke Halaman Asli

orisa sativa

mahasiswa

Tak Sengaja Sekali Saja

Diperbarui: 7 Desember 2022   10:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak Sengaja Sekali Lagi Saja 

Mobil jazz berwarna hitam ditumpangi oleh seorang gadis berseragam putih abu melaju dengan kecepatan normal. Menyusuri jalanan kota menuju sekolahnya yang baru. Ia menaruh harapan penuh di sekolahnya. Ia berharap mendapat ketenangan disana. Ia tak ingin lagi mendapat bully-an yang keterlaluan seperti yang telah ia alami waktu itu.

Saat di lampu merah, matanya memicing memastikan badge yang tertempel di seragamnya itu sama dengan pria yang berada tak jauh dari lampu merah, tepatnya di samping mobil Ara terhenti. Lampu berganti hijau, Ara memajukan sedikit mobilnya dan memarkirkan di pinggir jalan untuk menghampiri pria itu. "Permisi, bolehkah aku tahu ada apa dengan sepeda motormu?" Tanya Ara halus. Orang itu menatap Ara sambil menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya 'kamu siapa'. Ara yang mengerti bahasa tubuh lelaki itu kemudia menjawab. "Maaf jika terkesan sok akrab, tapi niat ku baik ingin membantu mu." Tak ada balasan hanya anggukan dai pria itu. "Motor kamu mogok?" Pria itu mengangguk. "kalau begitu, kamu bisa berangkat bersama ku saja dahulu. Kamu telfon orang bengkel untuk mengambil motormu yang mogok ini supaya lekas diperbaiki. Kebetulan  kita satu sekolah dan sekolah masih jauh" Tawar Ara pada pria itu. Terlihat dari mimik wajahnya pria itu sedang menimang keputusan. "Tenang. Aku tidak bermaksud mengambil kesempatan dalam kesempitan. Niatku benar-benar ingin membantumu dan tidak berniat menginginkanmu." Jelas Ara membuyarkan pikiran pria itu yang sedang berfikir keras. "Ga nanya!" Tukas pria itu dingin. "Yaudah jika tak mau ku beri tumpangan. Lagipula niat ku baik supaya kamu tidak terlambat atau bolos sekolah." Terang Ara. Dalam batin pria itu iya mengatakan ada benarnya juga gadis ini. "Ok" Jawab pria itu singkat. Ara beranjak dari posisinya menuju mobil. Saat ia akan masuk ke pintu pengemudi, pria itu menghadangnya.

"Aku yang nyetir." Ucapnya sembari menengadahkan tangannya untuk meminta kunci mobil. Ara yang masih kaget pun berkedip beberapa kali. "Tidak akan lecet." Ara menyerahkan kunci mobilnya pada pria itu kemudian berjalan menuju kursi samping kemudi.

Di dalam mobil, suasana begitu mencekam, dingin sekali semenjak ada pria itu di dalam mobilnya. Canggung dan kaku, itu yang saat ini menggambarkan suasana di mobil jazz warna hitam milik Ara. "Boleh tahu namamu?" Tanya Ara sedikit kaku. Yang ditanya sama sekali tak menjawab ia hanya melirik name tag yang tertempel di seragam bajunya. Menyebalkan. Satu kata yang menggambarkan pria itu, runtuk Ara dalam hatinya. Namun, jiwa keingintahunnya meronta ronta, alhasil Ara sedikit mendekatkan dirinya pada pria itu untuk melihat namanya. Saat tubuh mereka berdekatan, keduanya saling bertatapan beberapa detik. Pria ini memutuskan kontak matanya lebih dulu. Tak ingin berurusan dengan wanita cerewet ini. Namun dalam hatinya, cantik. Ungkapnya, dirinya pun tak tahu mengapa ia bisa mengatakan hal itu. Apalagi dalam konteks memuji fisik seorang wanita yang baru beberapa menit ia kenal.

Khalfani Chandrakeshwari, nama itu yang tertulis di seragam putihnya.

"Oh jadi nama mu Khal-." Ungkap Ara yang terpotong oleh suara bariton milik pria disampingnya. "Alfa" Potongnya cuek sekali. Menyebalkan. "Pantes dingin banget." Ujar Ara menyindir. "Maksudnya?" Tanya Alfa datar sekali tanpa berekspresi sedikitpun. "Kan Alfa, jadi Alfamart pantesan dingin." Jelasnya yang tak mendapat tanggapan apapun dari lawan bicaranya. Namun, tak ada yang tahu, dalam batin Alfa ia tertawa dan saat ini di wajahnya muncul sebuah senyuman yang sangat kecil bahkan samar samar hampir tak terlihat.

Akhirnya, setelah perjalanan yang sangat menyebalkan, mereka telah sampai di parkiran sekolah. Ara keluar terlebih dahulu dari mobilnya menuju jok belakang untuk mengambil tasnya. “Terima kasih." Ucap Alfa pada Ara sembari meninggalkan Ara lebih dulu di parkiran. Seketika Ara menyadari suatu hal. "WOY KUNCI MOBIL KU!" teriaknya yang sia-sia karena Alfa sudah pergi jauh dari tempatnya berdiri. Kini, seluruh pasang mata mengamati Arabella dari atas hingga bawah. Mereka berisik bisik kepada orang orang disebelahnya. Entah apa yang mereka bahas Ara tak mendengarnya. Sekarang yang ada dipikiran Ara, bagaimana dia bisa mendapatkan kunci mobilnya sedangkan ia tidak mengetahui kelas Alfa di mana. Dari pada memikirkan hal itu, Ara langsung saja menuju ruang kepala sekolah yang letaknya tepat di ujung lorong dekat halaman sekolah. Lagipula nanti mereka pasti akan bertemu lagi karena masih berada di tempat yang sama.

Kelas 10 IPA 2. Ya, itu kelas Ara yang baru. Ia berharap bisa mendapatkan teman baru yang baik seperti teman temannya disekolah yang dulu, yang selalu menyemangatinya, bisa menghibur satu sama lain, dan bisa diajak gila bareng.

"Selamat pagi anak anak! Sapa ibu guru yang baru datang menuju kelas 10 IPA 2 yang berhasil menghentikan keributan yang terjadi di kelas itu. "PAGI BU!" Sorak seluruh siswa di kelas itu kompak. "Perkenalkan nama ibu, Dewi. Ibu mengampu pelajaran matematika wajin dan ibu yang akan menjadi wali kelas kalian." Ucap Bu Dewi memperkenalkan diri. "HAI BU DEWI!" sorak seluruh siswa untuk kedua kalinya.

"Oh iya, ada kabar gembira buat kalian. Hari ini kelas kalian kedatangan murid baru." Ungkap Bu Dewi sembari menengok ke arah pintu masuk, ia melirik Arabella. Seluruh siswa mengikuti arah pandang bu Dewi. Namun, nihil mereka tak bisa melihatnya. "Cewek apa cowok, Mam?" Tanya salah satu cowok di kelas itu dan memanggil bu Dewi dengan sebutan 'mamah'. Memang Bu Dewi sudah biasa dipanggil seperti itu oleh kebanyakan siswa laki-laki disini, karna umurnya yang masih sangat muda, gesturnya masih layak menjadi anak SMA. "Cewek." Jawab bu Dewi "Masuk dan perkenalkan diri kamu." Arabella tanpa basa basi memasuki ruangan itu. Ia menjadi pusat perhatian dari 35 siswa disini. Banyak siulan terdengar dari deretan paling kiri. Ya, disana adalah barisan para cowok di kelas ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline