Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Tanggapan: Teka-Teki Anekdot Gus Dur

Diperbarui: 18 Mei 2023   15:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gus Dur. Sumber Ilustrasi: Jakarta Insider

Dari artikel Merindukan Sosok Pemimpin Humoris, hal yang menarik bagi saya adalah pribadi Abdurrahman Wahid yang kritis dan teknik yang dipakai beliau dalam menyampaikan anekdot yang penuh dengan teka-teki. Abdurrahman Wahid atau yang hangat disapa Gus Dur adalah Presiden Republik Indonesia ke-4 yang menjabat dari tahun 1999 - 2001. Gus Dur sebagai tokoh pemimpin bangsa yang humoris memang menjadi sebuah keunikan tersendiri bagi orang-orang. Gus Dur mampu mengemas pengalaman-pengalaman pribadi semasa hidupnya untuk menginspirasi dan memberikan pembelajaran bagi para pendengarnya. Sebuah petuah dari tokoh Bangsa yang berani membuka kebobrokan Negara yang dipimpinnya. Tidak jarang pengalaman tersebut dikemas dalam sebuah cerita yang mengkritik dengan cara sopan dan menghibur. Tidak jarang pula, cerita tersebut mendatangkan kritik dan menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat. Ada yang mengatakan itu adalah ujaran kebencian, sebuah cemooh, pencemaran nama baik. Tetapi mereka tidak sadar bahwa tujuan sebenarnya adalah untuk merefleksikan seluruh daya upaya yang kita lakukan. Teks anekdot yang diberikan oleh Gus Dur merupakan cara beliau untuk menanggapi berbagai  macam masalah seperti teks anekdot Gus Dur mengenai intelijen yang tidak bisa membedakan antara doa dengan perbincangan. Kemendalaman harus diambil sebagai sebuah cara untuk membangun dan memperbaiki keadaan.

Definisi teks anekdot adalah sebuah teks yang bertujuan untuk mengkritik ataupun menyindir suatu pihak ataupun kondisi tertentu. Teks tersebut umumnya dibawakan dengan cara yang lucu dan mengundang tawa, tidak lupa terdapat pesan mendalam di dalamnya. Gus Dur cenderung menggunakan teks anekdot sebagai media kritik dan berbanding lurus sebagai pesan sindiran. Teks anekdot ini dijadikan sarana untuk menyindir dan mengkritik berbagai permasalahan di Indonesia, terutama kepada pemerintah saat itu. Kritik dan sindiran ini akibat dari ketidakpuasan rakyat terhadap performa pejabat pemerintahan yang seharusnya melayani rakyat dengan sungguh-sungguh, tetapi kenyataannya hanya memperkaya diri sendiri. Tidak berhenti hanya pejabat pemerintahan saja, teks ini juga digunakan untuk menyindir institusi kepolisian melalui cerita Jenderal Hoegeng, polisi tidur, dan patung polisi. 

Berikut ini adalah teks anekdot dengan mengambil gurauan Gus Dur mengenai tiga Polisi jujur yang kemudian akan saya analisis sebagai tanggapan. Teks tersebut ditulis oleh Joshua Viencent Tandibrata dan diberi judul:

"UANG SAKU"

Motor itu melaju kencang, seakan membelah jalanan yang sepi. Motor berjenis Ninja itu dikendarai oleh seorang pria dengan tubuh elegan, berdasi rapi, dan bersepatu kulit. Di putaran jalan, terdapat Pak polisi yang sedang melakukan razia kendaraan bermotor. 

Pak Polisi: "Selamat Pagi Pak, kami dari Korlantas Polri sedang melakukan razia kendaraan".

Sementara pemotor itu:

  • Salah saya dimana?

  • Helm udah!

  • Surat-surat lengkap!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline