Lihat ke Halaman Asli

Pelajaran Penting dari La Masia

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Siapa tak kenal Lionel Messi, Xavi Hernandes, atau Andreas Iniesta? Para football lovers pasti tak asing lagi dengan pemain-pemain lapangan hijau ini. Ketiganya terbilang sukses didunia sepakbola. Pendapatannya mencapai angka yang bombastis, hingga mampu bergonta-ganti tunggangan setiap hari. Juga mampu membangun rumah mewah sekelas para pemilik modal besar. Dan tentu saja diiringi popularitas yang tak mudah redup seperti pesepakbolayang tiba-tiba muncul, gemilang, untuk kemudian dilupakan begitu saja karena kekalahannya. Semua pencapaian itu tentu tak lantas bisa didapat sekejap mata. Butuh perjuangan panjang sebelum ketiganya mencapai posisi seperti yang mereka dapatkan sekarang ini.

Datang dari Fuentealbilla, sebuah kota yang terletak sekitar 450 kilometer dari Barcelona di provinsi Albacete, Iniesta kecil kerap menangis. Karena dengan jarak sejauh itu, ia tak dapat sering-sering dijenguk orang tuanya. Seperti layaknya anak kecil lain, Iniesta tersiksa dalam kondisi ini. Saat-saat masa kecilnya itu, Iniesta juga sering menjadi bahan ejekan temannya karena posturnya yang terbilang mungil dan kulitnya yang tipis. Ia masuk ke La Masia atas rekomendasi Alberto Benaiges, pelatih sekaligus pencari bakat Bercelona, usianya baru 12 tahun. Benaiges pulalah yang membawa Gerard Pique, Victor Valdes, dan Jordi Alba ke La Masia. Alumnus lainnya yakni Guardiola, Messi, Pique, Fabregas, Puyol, Busquets, dan Pedro. Punggawa terbaru di La Masia kini adalah Victor Vazquez, Jonathan dos Santos, Marc Bartra, Andreu Fontas dan Thiago Alcantara.

La Masia adalah bangunan dua lantai yang berdiri di tanah seluas 610 meter persegi. Bangunan ini dibeli oleh manajemen klub Barcelona dari seorang petani pada 1957. Baru pada 20 Oktober 1979 bangunan ini dijadikan pusat latihan tim junior Barcelona atas ide Johan Cruyff, salah seorang pesepakbola legendaris dari Belanda. Tempat ini tidak seperti bayangan orang-orang tentang barak militer karena namanya yang “pusat pelatihan”. Di tempat ini para pemain junior ini tetap sekolah biasa seperti anak-anak lainnya, yakni dari jam 8 pagi hingga jam 2 siang. Anak-anak yang berusia 5-15 tahun ini hanya berlatih satu setengah jam tiap harinya.Selain itu mereka diberi waktu satu jam istirahat sebelum latihan sepakbola dimulai.

Sepele memang kelihatannya, hanya 1,5 jam setiap hari tanpa meninggalkan kewajiban lain. “Sebelum mereka berusia 16 tahun, kami tidak memberikan latihan fisik untuk mereka, kata Folguera, “Kami hanya menanamkan filosofi sepakbola, kedisiplinan, kesabaran, dan sedikit teknik bermain bola.” Ternyata penguatan tekad itulah yang harus ditanamkan dahulu, agar para calon pemain besar ini tidak gampang teralihkan perhatiannya oleh hal-hal lain. Sejak dini mereka dilatih kesabaran dan ketelatenan. Bahwa keberhasilandalam dalam pertandingan sangat dipengaruhi oleh pola pelatihan yang diterapkan. “Kami selalu mengatakan kepada mereka bahwa mimpi adalah perjalanan panjang. Siapapun harus bersabar untuk meraihnya.” tutur Folguera.

Dilihat dari pencapaian para alumnusnya, konsep yang diterapkan –kesabaran- di La Masia ini layak untuk ditiru di dunia sepakbola tanah air. Konsep ini lahir dari keinginan untuk menguasai bola selama mungkin, bukan sekedar menciptakan gol sesegera mungkin. Tak ada alasan untuk tidak menerima anak-anak bertubuh imut seperti Iniesta atau bahkan seperti Messi yang mengalami gangguan hormon pertumbuhan. Semua anak itu spesial. Kekuatan fisik pemain tak begitu penting di tempat pelatihan ini, karena yang dicari adalah pemain yang bisa berpikir dan mengambil keputusan dengan cepat, memiliki bakat, teknik dan kelincahan.

Hasilnya, tiga finalis terbaik FIFA 2010 yakni Messi, Iniesta dan Xavi lahir dari kamp ini. Begitu juga dengan tujuh dari sebelas pemain Timnas Spanyol saat menjuarai Piala Dunia 2010. Tak lain dan tak bukan, anak-anak La Masia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline