Lihat ke Halaman Asli

Terbelenggu di Tanah Lahir, adalah Kesakitan yang Nyata

Diperbarui: 31 Oktober 2023   09:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terbelenggu merupakan sebagai suatu yang terikat, terkurung, tidak bebas lagi, hal yang sering terjadi pada dewasa kini, kita sebagai makhluk Tuhan yang sempurna yang telah Tuhan berikan panca indra sebagai bentuk manifestasi sebagai makhluk hidup yang sempurna, sebagai makhluk yang sempurna itu sejatinya kita dapat memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki menuju kebebasan yang terukur dan terarah.

namun demikian kembali kepada fitrah manusia itu sendiri bahwasanya manusia tak pernah puas atas pemberian Tuhan yang telah diberikan sebagai bentuk kasih dan sayangnya kepada kita, terdapat oknum-oknum yang tak terukur dan terarah yang memainkan peran sebagai pengatur dan imbasnya makhluk (manusia)lemah tertindas, benar nyatanya kesenjangan sosial itu (yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin).

kita sebagai makhluk (manusia) yang tak bisa lepas dari kehidupan sosial harus seiring dan seirama dengan arahan Tuhan yaitu menjadi makhluk (mansuia) yang saling tolong menolong dalam kehidupan yang hanya terhitung waktu ini.

kebebasan itu milik semua makhluk (manusia) yang tanpa pemilik ataupun tak bertuan, kita mesti terbebas dari belenggu ikatan yang membuat kita sebagai makhluk (manusia) merasa terjajah, tersakiti sehingga membuat kesakitan yang nyata, sehingga harapan yang besar akan kebebasan itu sendiri menjadi layu dan tak tumbuh bermekar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline