Perempuan 40 tahun yang namanya menduduki top urutan hitung cepat pilkada Maluku Utara. Ia bersama pasangan Sarbin Sahe hampir bisa dipastikan menang di pilkada ini.
Di antara daerah-daerah yang pilkadanya paling mencuri perhatian di negeri ini sejak lalu, Maluku Utara mungkin tidak masuk hitungan. Tapi sosok Sherly Tjoanda membuat kontestasi di Maluku Utara tampaknya patut diperhatikan.
Di awal bulan Oktober yang lalu namanya bukan siapa-siapa di arena pilkada Maluku Utara. Ia tak dihitung. Sama sekali. Kehadirannya dianggap tak lebih dari istri calon kepala daerah pada biasanya.
19 tahun berjalan ia adalah ibu rumah tangga sebagaimana lazimnya. Ia menghabiskan waktu untuk mengurus keluarganya. Mendukung tiap langkah sang suami, mendiang Benny Laos. Waktunya banyak terpakai sebagai ibu 3 orang anak. Ia bukan tokoh politik.
Jika bukan karena kehadiran mendiang sang suami Benny Laos di kancah politik daerah orang-orang Maluku Utara mungkin tak akan mengenalnya. Bahkan orang Morotai sekali pun. Kabupaten yang pernah dikepalai mendiang Benny Laos.
Menjelang pertengahan bulan lalu ia menemani sang suami dalam rangkaian kampanye mereka di Pulau Taliabu. Di atas speedboat yang tengah bersandar dan mengisi bahan bakar di dermaga Bobong saat itu sebuah insiden terjadi. Speedboat itu terbakar. Nahas Benny dan yang lain kemudian jadi korban. Termasuk Sherly.
Mereka dilarikan untuk dapat perawatan. Sayang nyawa Benny tak tertolong. Sherly Tjoanda biarpun terjadi luka di beberapa bagian tubuhnya tetapi ia masih bisa selamat.
Seminggu berlalu peristiwa itu masih meninggalkan kehebohan. Sembari Sherly pelan-pelan memulihkan diri di rumah sakit. Ia pun didapuk maju untuk menggantikan sang suami.
Elektabilitas Benny sejak awal sudah cukup baik. Tapi ketika Sherly maju menggantikan sang suami pihak lawan mulai bertanya apa yang bisa ia lakukan untuk daerah. Kakinya bahkan masih dibaluri perban saat putusan majunya ia di pilkada mencuat. Sampai di acara debat ia masih menggunakan alat bantu tongkat untuk menopang langkahnya. Digendong saat mengunjungi pasar untuk tatap muka dengan masyarakat.
Langkahnya terlihat lemah. Kompetitor ada yang mencibir. Tapi Sherly tetap kukuh. Bersama pasangan Sarbin Sahe mereka melenggang mengamankan tempat di hati masyarakat.
Dengan tagline baru: Cantik. Sherly bahkan mengaku jika hanya dengan suara seluruh pemilih perempuan satu provinsi itu ia sudah bisa mengunci kemenangan. Dan ini nampaknya akan jadi kenyataan.
Ia jadi yang tertinggi. Langkahnya yang tertatih tak menyurutkan dukungan publik. Ia memukau masyarakat dalam acara debat kandidat. Perempuan yang selama ini hanya dipandang sebagai orang belakang, ibu rumah tangga, lalu tiba-tiba ada di arena pilkada rupanya punya kejutan. Ia menyadarkan banyak orang betapa perempuan pun punya kekuatan.
Bila selama ini ia terlihat cuma berdiri di belakang sang suami kini ia paling terdepan. Roda nasib manusia nampaknya selalu jadi teka-teki ajaib. Begitu juga berlaku bagi Sherly.
Duka kehilangan sang suami mungkin selamanya jadi bayangan. Luka bakar di tubuhnya sembuh perlahan, tapi luka kehilangan akan selamanya ia simpan.
Saat ia dihadapkan pada pilihan ia lantas mengambilnya. Melanjutkan pengabdian mendiang sang suami bagi masyarakat bukan cuma sekadar cita-cita. Tapi juga menjadi obat luka kehilangan itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H