Lihat ke Halaman Asli

Harun Anwar

Menulis sampai selesai

Nilai Kehidupan dari Sinetron Si Doel Anak Sekolahan

Diperbarui: 21 September 2022   05:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto: Kompas.com

Algoritma yutub secara berurut menampilkan potongan video sebuah sinetron masa lampau yang pernah begitu merajai dunia pertelevisian Indonesia. Sebuah sinetron yang amat digandrungi masyarakat Indonesia bahkan sampai hari ini lantaran penyajiannya yang sederhana dan dianggap sangat menyentuh dengan serentetan pesan moral yang terkandung di dalamnya, atau pun keluguan setiap pemain dalam memerankan tokoh cerita. Si Doel Anak Sekolahan berlatar kehidupan sebuah keluarga asli Jakarta yang hidup seadanya dan masih memegang prinsip masa lalu tetapi dengan keyakinan bisa meraih kehidupan masa depan yang lebih baik.

Jadilah setelah algoritma tadi membawa saya pada video pertama milik kanal +RCTI itu saya pun keterusan menonton setiap potongan videonya yang ternyata sudah dipublish sejak 2 tahun silam. Sinetron Si Doel Anak Sekolahan sendiri pertama kali muncul pada 1994 dan berjalan hingga 6 musim lamanya dengan lebih dari seratus episode.

Sinetron Si Doel pada masanya adalah tayangan paling ditunggu-tunggu. Ratingnya disebut bisa mengalahkan drama Taiwan maupun Amerika Utara yang juga sempat meramaikan belantika dunia hiburan tanah air. Saya ingat persis saat tinggal menghabiskan masa kecil di pinggiran utara kota Jakarta dulu sinetron ini jadi magnit tersendiri bagi warga sekitar.

Tokoh Doel yang jujur dan pandai serta amat menghormati orang tua dipandang begitu menggambarkan impian banyak ibu di Indonesia. Begitu pula Sarah, yang dibawakan Cornelia Agatha, gadis kaya dan cantik yang tak pilih-pilih dalam membangun pertemanan. Sarah adalah gadis impian banyak lelaki kala itu. Tak lupa juga keluarga Doel: babe Sabeni, mak nyak, Mandra, Atun dan engkong.

Kekuatan cerita sinetron ini tidak saja dibangun pada satu titik belaka yang akan menjebak penonton pada kebosanan jalan cerita. Pemirsa akan dipandu untuk membagi fokus pada epiknya kisah kedekatan Doel dan Sarah, mau pun kondisi keluarga Doel yang sungguh sederhana itu.

Pada mereka kita belajar bagaimana sebuah kehidupan yang sederhana itu lebih menenangkan daripada kesenang-senangan yang acapkali dibuat secara berlebihan. Doel seakan bercerita pada penonton bahwa menjadi laki-laki yang baik itu seperti apa. Bagaimana baiknya sebuah pertanggungjawaban, sikap besar hati merawat sebuah keluarga, hingga urusan cinta sekali pun. Semua tak luput dari kacamata hikmah. Meski pun terhadap hal terakhir banyak juga yang tak sejalan dengan cerita dan keputusan Doel dalam sinetron tersebut.

Sarah; ialah satu dari sedikit daya pikat Si Doel Anak Sekolahan ini. Wajah manisnya membuat banyak pria tak mungkin mengelak. Saya seorang bahkan tak akan menyangkal betapa cantiknya Sarah di sinetron ini. Saat menontonnya kembali di yutub perasaanku kadang suka lari kemana-mana saat wajah Sarah muncul. Ia sangat cantik. Dan itu dikuatkan dengan kebaikkan hati yang ia punya, kemampuannya mengendalikan rasa cemburu, serta kemauannya berbaur di lingkungan keluarga Doel. Sarah layaknya bidadari. Cantiknya tiada obat, begitu kata banyak orang.

Saya sampai kadang berharap bisa punya pacar yang secantik Sarah kelak tapi saya lalu tersadar untuk mencapai level itu kita harus menjadi Doel yang luar biasa. Ah, apalah saya jika disbanding-bandingkan dengan Doel. Ia ganteng, baik, konsisten. Sedang saya cuma baik di hari-hari tertentu, dan jangankan untuk konsisten dalam hal besar, untuk merawat kumis hingga lebat layaknya Doel saja saya sudah ogah-ogahan.

Jangan lupakan Mandra. Di balik sikap jail, malas, sedikit idiot yang ia miliki, ia tetaplah seorang manusia yang datang dari masalalu membawa pengalaman hidupnya sendiri dan seringkali menjadi bijak melalui pesan-pesan singkatnya dalam sinetron itu.

Keluarga Doel secara total mengajarkan pada kita bahwa untuk meraih kesuksesan di masa depan maka ada masa kini yang harus dikorbankan. Itu semua tergambar dalam diri Doel yang meski cuma anak Betawi kampung tapi memiliki impian tinggi untuk mengangkat derajat keluarganya. Dan semua keluarga mendukungnya. Sesuatu kenyataan yang kini satu persatu mulai hilang di masyarakat kita.

Doel menawarkan harapan dan semangat serta ikhtiar untuk menyambut hari esok. Sang ibu menghadirkan ketegaran tingkat tinggi yang tak tersentuh oleh egonya sendiri, jauh meninggalkan kesaktian ibu-ibu sekarang yang mudah diracuni oleh tiktok dan reel instagram.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline