Lihat ke Halaman Asli

Harun Anwar

Menulis sampai selesai

Soal Gempa Maluku: Ah, Pak Wiranto Tahu Apa?

Diperbarui: 2 Oktober 2019   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jawa Pos

Hari ini sudah bulan Oktober. Saya bangun dan keluar rumah seperti biasa, tapi kali ini lebih pagi. Sinar dunia dan suara air mengalir di kali depan rumah segera menyadarkan bahwa masih ada orang-orang di pinggiran pulau yang mengungsi di tanah-tanah yang lebih tinggi di hutan sana. 

Mereka enggan pulang untuk sementara waktu. Bukannya meratapi rumah yang rusak atau harta benda lainnya, mereka hanya tak bisa memastikan situasi akan benar-benar aman jika sudah di rumah nanti.

 Memilih berada di tenda-tenda darurat yang mereka gubah sendiri rasanya lebih baik untuk waktu-waktu ini. Toh menunggu tangan cepat pemerintah sama rasanya dengan menjaring angin, tak guna. 

Belum lagi bayi-bayi mungil yang tak menahu itu mereka mestinya segera diasupi makanan yang layak, atau ibu-ibu hamil dan orang tua renta yang harusnya berada tak jauh dari tenaga medis. 

Kalau hanya mengharap pemerintah daerah mereka pasti mati lebih cepat di tengah hutan. Tapi begitulah manusia, punya akal dan insting. Inisiatif sendiri setidaknya masih bisa mereka andalkan.

Gempa ratusan kali yang susul-menyusul jelas membuat ciut nyali mereka, bahkan untuk sekadar turun di kampung dan belum masuk ke rumah. Ya, begitu, pengalaman traumatis melihat dinding rumah yang roboh jelas dengan cepat mengubah senyum di bibir menjadi khawatir. Belum lagi dengan berbagai berita miring yang tak jelas sumbernya dan beredar sporadis di lapangan yang menyebutkan akan terjadi ini dan itu membuat nyali masyarakat kian amblas. Tak ada pilihan lain selain mengungsi.

Dalam berbagai data laporan dampak bencana yang validitasnya sendiri berbeda-beda kita jadi tahu bahwa ratusan rumah telah rusak. Di dalamnya itu termasuk rusak ringan maupun berat. 

Korban luka yang juga ratusan, korban meninggal yang angkanya puluhan dan bisa bertambah setiap hari menyusul berita banyaknya warga di pengungsian yang diterjang sakit. Itu semua belum lagi dengan korban-korban yang sakit perasaannya setelah gempa besar Kamis pagi lalu, mereka mengalami trauma, dan entah kapan akan baik.

Efek gempa sendiri tak main-main karena dirasakan langsung tiga wilayah berbeda: kota Ambon, kabupaten Maluku Tengah (yang sebagian wilayah admistratifnya masih berada di pulau Ambon) juga kabupaten Seram Bagian Barat.

Beberapa hari setelah gempa pemerintah kota Ambon akhirnya mengeluarkan putusan tanggap darurat selama 14 hari yang terhitung semenjak hari kejadian. 

Dan dari Jakarta, di kantor Kemenkopolhukam, jalan Medan Merdeka Barat, sang hulubalang, Wiranto, memberi saran kepada para pengungsi gempa di Maluku untuk segera kembali ke rumah masing-masing dan tidak lagi termakan berita hoaks perihal kemungkinan adanya tsunami dan gempa susulan yang lebih dahsyat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline