Lihat ke Halaman Asli

Id.Djoen

”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

Soko Guru Masjid Agung Demak Sarat Makna

Diperbarui: 30 April 2021   21:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gbr : https://pariwisata.demakkab.go.id/

Saat ini banyak sekali masjid-masjid yang dibangun dengan megah, berbagai macam desain arsitektur yang beraneka ragam ada model Jawa, ada model China dan ada juga model ala ke Madinahan. Biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit namun kadang nilai sebuah masjid jadi hilang. Dikala sebuah masjid besar namun jumlah jamaah sholat lima waktu tidak sampai 50% dari kapasitas tampung masjid atau masjid hanya sekedar jadi icon semata. Tujuan membangun masjid adalah agar terjalin persatuan persaudaraan sesama muslim secara khusus dan sesama anak bangsa secara umum.

Diantara berbagai masjid yang ada dinusantara ini saya sanga tertarik dengan Masjid Agung Demak yang berada di Jawa Tengah. Masjid yang dibangun pada jaman kerajaan Demak dimasa Raja Raden Patah bersama para wali penyebar agama islam yang dikenal dengan walisongo.

Yang menarik dari bangunan masjid Agung Demak yaitu Soko Guru Masjid atau tiang pancang utama masjid yang dibuat oleh Sunan Kalijaga. Berbeda dengan tiang pancang lainnya yang terbuat dari kayu jati utuh dengan ketinggian 16 meter, soko guru masjid malah dibuat dari serpihan potongan kayu jati dirangkai sedemikian rupa kemudian diikat.

Tentu ada filosofi yang bisa diambil dari pembuatan soko guru Masjid Agung Demak tersebut oleh Sunan Kalijaga, sebab dimasa itu Nusantara ini masih kaya dengan pohon-pohon besar karena belum ada penjarah hutan seperti saat sekarang ini. Kenapa kanjeng sunan memilih kayu sisa potongan ? ada hikmah yang menurut saya bisa diambil yaitu,Efisiensi,  persatuan, dan cinta alam.

Dengan memanfaatkan serpihan kayu jati tersebut wujud efisiensi sehingga tak ada barang terbuang sia-sia, mubadzir dalam istilah islamnya. Jadi sunan Kalijaga memanfaatkan benda yang dianggap tidak bermanfaat lagi.

Serpihan-serpihan kayu-kayu kecil ditata sedemikian rupa kemudian diikat adalah gambaran bahwa dari persatuan akan memunculkan kekuatan yang besar bisa menopang segala macam beban.

Dengan memanfaatkan serpihan kayu tersebut otomatis tidak perlu menebang pohon yang masih berdiri tegak, ini juga gambaran bagaimana memanfaatkan sumber daya alam tanpa harus merusaknya.

Tiga hikmah dari proses pembuatan soko guru Masjid Agung Demak itulah bisa jadi pelajaran kita semua umat islam saat ini dan semua warga negara Indonesia yang tengah mengahadapi beban negara dari serangan wabah covid 19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline