Lihat ke Halaman Asli

Id.Djoen

”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

Siapkah Orangutan Jadi Orangkota?

Diperbarui: 31 Agustus 2019   14:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dampak dari penempatan Ibukota didaerah tertentu adalah Pergeseran dan Penggusuran. Dua dampak yang tak dapat dihindari walau dibuat aturan dan undang-undang seketat, sekeras apapun. Pergeseran terjadi kebanyakan menyentuh pada nilai-nilai kehidupan sosial budaya sebuah daerah yang ditempati sebagai ibukota karena masuknya budaya-budaya asing berlabel modernisasi. Hal ini dapat kita lihat pada Ibukota saat ini, Jakarta yang ratusan tahun lalu identik dengan sosial budaya kebetawian, saat ini mulai pudar seiring menjamurnya tempat hiburan, night club hingga prostitusi berlabel hotel spa, dll.

Suara gending-gending khas betawi, tanjidor, ondel-ondel, lenong hilang ditelan hingar bingar suara musik remix diberbagai Discotic yang menjamur, hilang diterkam konser musik Rock Barat yang membahana. Keberadaan budaya Betawi termasuk kesenian tradisionalnya Sudah sepatutnya kekayaan budaya itu dilestarikan dan dikembangkan namun kalah oleh globalisasi budaya barat.

Kehidupan sosial masyarakat Betawi yang dikenal dengan religius, sopan santun dan gotong royong juga mulai pudar berubah menjadi kehidupan sosial yang nafsi-nafsi dan kurang gotong royong antar sesama. Penggusuran masyarakat asli Betawi banyak yang tergusur ke pinggiran karena pembangunan, dimana orang yang bermodal besar akan lebih mudah melakukan penggusuran tersebut. Dampak Jakarta sebagai Ibukota adalah penggusuran warga Pribumi Jakarta yaitu warga Betawi.

Pengeseran nilai-nilai sosial budaya yang ada di Kalimantan juga akan terjadi sebagaimana yang terjadi di Jakarta akibat pembangunan dan masuknya budaya barat secara masif seiring sebuah Ibukota menjadi kota metropolitan berlabel modernisasi.

Penggusuran akibat pembangunan sebuah Ibukota juga akan terjadi di Kalimantan kelak, masyarakat asli Kalimantan lambat laun akan terpinggirkan sebagaimana yang terjadi pada masyarakat Betawi di Jakarta. Itu dampak alamiah yang terjadi jika sebuah wilayah dijadikan Ibukota meskipun ada dampak pembangunnan yang dikira mensejahterakan rakyat setempat.

Dampak yang paling memprihatinkan kelak di Kalimantan adalah penggusuran "Penduduk Pribumi" penduduk Pribumi Kalimantan bukanlah Suku Dayak, Suku Melayu atau Banjar. Namun Penduduk Pribumi pulau Kalimantan adalah "Orangutan" sebab merekalah penghuni pertama pulau Kalimantan sebelum manusia datang dipulau tersebut.

Keberadaan Orangutan sebagai Pribumi Kalimantan akan terancam tergusur hingga bisa musnah selamanya. Kalau saat ini saja keberadaan mereka mulai berkurang akibat pembalakan hutan serampangan dan pemburuan secara ilegal pada Orangutan, apalagi jika wilayah mereka dijadikan Ibukota maka tak elak penggusuran wilayah dan diri mereka akan terjadi.

Mungkin manusia bisa beradaptasi dengan lingkungan baru seiring maraknya pembangunan sehingga kehidupan sosial budaya bisa berubah, akan tetapi bagaimana dengan nasib orangutan ? Siapkah orangutan orangutan tersebut menjadi orang kota ? Sulit membayangkan bagaimana orangutan beradaptasi ikut Dugem disebuah diskotik dan lain-lain.

Puluhan tahun kedepan seiring masibnya pembangunan Kalimantan sebagai ibukota akan menggeser dan menggusur Orangutan, berdampak orangutan  hanya tinggal nama bahkan orangutan hanya tinggal sebuah monumen semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline