Sebut saja namanya Fitri, bocah perempuan berusia sekitar usia 6 tahun yang masih duduk disekolah dasar. Sejak bayi telah ditinggalkan kedua orangtuanya dan saat ini tinggal disebuah panti asuhan.
Hari-hari dilaluinya sebagaimana anak-anak kecil seusianya, bermain, bercanda dan belajar untuk sekolahnya. Dibulan ramadan ini kegiatan bertambah disaat libur sekolah setiap sore bersama teman-teman sejawatnya ikut mengaji sambil menunggu saat berbuka puasa tiba.
Pihak pengasuh masjid mengadakan acara pesantren ramadan dibulan ini, Fitri pun dengan semangat dan cerianya ikut acara tersebut. Memasuki hari ke 18 sumbangan dari para demawan dan donatur mulai berdatangan, Fitri salah satu penerima sejumlah bingkisan dan uang untuk keperluan lebaran nanti.
Dengan senyum dan gembira Fitri menerima bingkisan tersebut, Horee beli baju baru..... seperti itu yang dirasakan Fitri setiap tahun jelang lebaran hingga usianya bertambah. Ditengah kegembiraannya menyambut lebaran ada satu kebahagiaan yang tak miliki sebagaimana teman-teman sejawatnya.
Disaat teman sejawatnya berbhagia ngabuburit, belanja baju baru bersama kedua orangtuanya, Fitri hanya terdiam terpaku memandangi dengan rasa ingin seperti mereka. Ingin rasanya bagi Fitri bercanda, tertawa dan memelas manja minta dibelaikan baju baru kepada orangtuanya. Ingin sekali bagi Fitri berangkat bersama-sama kedua orangtuanya menuju masjid atau tanah lapang untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri.
Fitri juga ingin sekali mencium kedua pipi ayah ibunya seraya mengucapkan
"Mohon Maaf Lahir Bathin, Minal Aidzin Wal Faidzin".
"Ayah Ibu Kapan mudik kerumah nenek?"
"Ibu opor ayam dan ketupatnya sudah matang yuk makan sama-sama".
Namun keinginan-keinginan tersebut hanya sebuah mimpi yang takkan pernah terwujud sebab kedua orangtuanya telah tiada.
Baju baru, sepatu baru, jilbab baru Fitri berubah setiap tahun saat lebaran namun satu yang tak berubah pada diri Fitri, merayakan lebaran tanpa kedua orangtuanya sebagaimana teman sejawatnya yang masih mempunyai orangtua.