Indonesia yang dikenal sebagai negeri agraris sehingga potensi mata pencaharian rakyatnya sebagian besar adalah bertani. Seiring perkembangan dan kemajuan jaman mata pencaharian sebagai petani lambat laun berkurang baik dikarenakan generasi muda yang lebih suka terjun ke industri selain itu juga berkurangnya lahan pertanian karena industri.
Pertanian merupakan tulang punggung kebutuhan pangan rakyat Indonesia yang tak bisa dilepaskan beggitu saja sebab mayoritas rakyat tergantung dari hasil panen para petani. Akan tetapi juga industrilisasi tak boleh ditolak mentah-mentah sebab merupakan bentuk perubahan ekonomi yang mendunia.
Selama ini berdasar data yang dikutip dari media :
Pembangunan infrastruktur jalan yang berlangsung masif dan juga perumahan sebagai dampak yang ditimbulkannya, dikhawatirkan akan semakin menggerus lahan persawahan. Padahal, sawah merupakan instrumen penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Berdasarkan data Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), pada 2013 lalu masih terdapat 7,75 juta hektar lahan sawah. Namun, setiap tahun terjadi penyusutan antara 150.000 hingga 200.000 hektar akibat alih fungsi.
(Sumber : kompas.com)
Dari kutipan berita diatas menunjukkan bahwa Infrastruktur dan perumahan yang masif berdampak pada berkurangnya lahan pertanian selain dampak dari industrialisasi.
Bagaimana agar pertanian tetap ada sementara industrialisasi dan infrastruktur tetap juga ada tanpa menimbulkan efek negatif dari kedua bidang tersebut ?
Gambar di atas saya ambil disebuah desa sekitar tempat tinggal sebuah pemandangan Industri dan lahan pertanian berdampingan. Tanpa disadari berdirinya industri tersebut berdampak pada pengelolaan pertanian. Untuk itulah dalam ide saya munculkan SIIP ( Sinergi Industri Infrastruktur Pertanian )
SIIP ( Sinergi Industri Infrastruktur Pertanian ) yaitu sebuah program perencanaan pembangunan yang bersinergi dan saling keterkaitan antara 3 unsur yang meiputi , Industri, Insfrastruktur dan pertanian.