Bonita bukanlah seekor harimau betina yang sempat membuat heboh beberapa waktu lalu. Bonita disini adalah kepanjangan dari Bonek Wanita.
Bukan rahasia umum salah satu tim sepakbola asal Surabaya mempunyai kelompok suporter mania yang biasa disebut Bonek. Dalam bahasa sehari-hari khas Jawa Timuran Bonek merupakan kependekan Bondo Nekat. Entah mengapa demikian, akan tetapi fenomena kelompok suporter ini ada dimana-mana Jakmania di Jakarta, Viking di Bandung hingga tingkat dunia kita kenal Holligan.
Tulisan ini saya buat setelah mencermati fenomena Bonita ini, berawal dari dua anak gadis belia kalau dalam bahasa jawa "piyek" datang untuk minta dibuatkan gambar mohon bantuan dana atas rekannya yang kecelakaan saat akan berangkat menonton tim kesayanngannya berlaga di GOR Delta Sidoarjo, yang saat ini terbaring disalah satu rumah sakit setempat.
Sebut saja bonita itua adalah "Tiara". Tiara merupakan korban kecelakaan dan musti diamputasi salah satu kakinya karena remuk akibat kecelakaan tersebut.
Bonita ini masih duduk kelas dua disalah satu sekolah menengah pertama di Sidoarjo, yatim, dan hanya tinggal bersama ibu dan saudaranya. Karena keterbatasan ekonomi tidak memungkinkan untuk membayar biaya perawatannya.
Dengan simpati dan setia kawan para Bonita sejawatnya berinisiatif untuk menggalang dana dari masyarakat, dengan membawa kardus dan berkeliling di by pass setempat.
Ada fenomena menarik untuk dicermati fenomena Bonita ini, anak gadis yang masih berusia piyek dengan latar belakang keluarga yang bermacam-macam, namun justru kerja sama dan kesetiakawanan mereka begitu kuat. Tak heran dalam sisi negatif ketika terjadi tawuran mereka saling bahu membahu.
Namun amat disayangkan kelompok suporter bola mania tersebut kurang dapat perhatian sehingga sering terjadi perilaku yang menyimpang saat tim kesayangan mereka kalah dalam laga, pengerusakan, corat-coret hingga tawuran sering kita dengar.
Padahal kalau jeli dari mereka ada potensi yang dapat diambil sisi positifnya, tak heran kalau orang-orang kreatif mencari peluang dari fenomena mereka untuk dapat menhasilkan keuntungan dari membuka usaha seperti toko jual pernak-pernik suporter Bonek, kaos, slayer, pin, sticker dan lain-lain.
Tak dapat dipungkiri pula saat kampanye pilkada hingga pileg mereka juga sering dimanfaatkan untuk kepetingan politik. Akan tetapi tidak ada solusi riil bagaimana mengelola mereka agar terarah menuju generasi yang positif.
Tak ada geliat untuk mendaftarkan secara resmi kelompok suporter tersebut ke menkuham agar punya hukum dan menerapkan aturan dalam berorganisasi dengan label "suporter" sehingga Bonita-bonita yang masih berusia piyek tidak ikut masuk dalam kelompok tersebut.