Lihat ke Halaman Asli

Id.Djoen

”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

1 Juni, Bung Karno Cetuskan Pancasila Tanpa Digaji

Diperbarui: 1 Juni 2018   00:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita sebagai warga negara yang baik pasti mengetahui Lahirnya Pancasila adalah judul pidato yang disampaikan oleh Soekarno dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (bahasa Indonesia: "Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan") pada tanggal 1 Juni 1945. Dalam pidato inilah konsep dan rumusan awal "Pancasila" pertama kali dikemukakan oleh Soekarno sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Pidato ini pada awalnya disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan baru mendapat sebutan "Lahirnya Pancasila" oleh mantan Ketua BPUPK Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPKI tersebut. Sejak tahun 2017, hari tersebut resmi menjadi hari libur nasional.

Besuk 1 Juni kita peringati hari lahirnya Pancasila tersebut, polemik gaji ratusan juta ketua dan anggota BPIP yang kinerjanya dipertanyakan, kenapa dipertanyakan dari BPIP belum pernah keluar ide bagaimana agar Pancasila diterapkan pada warga negara Indonesia secara menyeluruh baik itu berbentuk buku karangan atau langkah-langkah kongkrit.

Justeru malah kita lupakan ujung tombak pendidikan Pancasila adalah para guru-guru SD hingga SMA termasuk guru honorer, mereka bekerja riil dan kongkrit agar Pancasila benar-benar terpatri pada anak bangsa sejak dini melalui pelajaran PKn yang memuat Pancasila didalamnya. Merekalah yang menyebabkan anak-anak didik SD dengan bangga dan garangnya menghafal sila-sila Pancasila, dengan kesabaran ditengah gaji guru honorer yang tak menentu dan bertolak jauh dari tingginya harga kebutuhan pokok sehari-hari.

Tuduhan "ongkang-ongkang kaki" dengan gaji ratusan juta adalah hal yang relevan sebab selama ini belum terbukti hasil riil dari kinerjanya. Kalau kita tengok kemasa ORBA pendidikan dalam rangka penerapan Pancasila lebih riil, bukan sekedar seminar sana-sini yang diikuti orang tertentu dan juga berbiaya mahal. Penataran P4 pada anak-anak muda karangtaruna adalah salah satu contoh kinerja riil masa ORBA.

Gaji ratusan juta tidak akan menjadi polemik jikalau kinerja BPIP terlihat riil dan bukan sekedar sebuah lembaga untuk gagahan. Pancasila adalah dasar negara yang dicetuskan Founding Father NKRI dengan perjuangan dan cucuran keringat, penuh keikhlasan tanpa mengharap gaji, yang mereka harapkan demi kesatuan dan keutuhan NKRI.

Tentulah tak elok disaat hutang negara 4000 T malah tidak malu menerima gaji ratusan juta dari pekerjaan yang belum terlihat riil, mustinya kita malu sebagai bangsa yang besar pada negara tetangga yang rela memotong gaji pejabat menterinya demi membayar hutang negaranya.

Sebagai seorang Pancasilais sejati seyogyanya berjuang mempertahankan idiologi NKRI yaitu Pancasila adalah sebuah pengabdian yang rela tanpa digaji dan bukan merupakan profesi untuk mengharapkan gaji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline