Kebangun pukul 03.00 pagi dini hari, alhamdulillah. Padahal saya tidur lumayan agak malam, sekitar pukul 23.00 Wib. Sengaja saya bangun pagi dini hari buta untuk mengejar penerbangan pesawat Lion Air, tipe Boeing 700-900 ER, tujuan CGK-SBY, On 40.000 feet above the sea level, Jum'at, 5 April 2019, pukul 05.00 Wib.
Sekali lagi alhamdulillah saya tidak telat. Tapi, ada insiden tidak menyenangkan. Saat saya sudah masuk di area check in counter Lion Air, saya diminta untuk nge-print kembali itu boarding pas yang sudah saya miliki dalam bentuk E-Boarding Pass. Di sini agak aneh.
Coba anehnya di mana? Pasti ada sebagian dari sobat pembaca budiman bisa menebak anehnya, iya kan. Iya, benar, itu E-Boarding Pass sebenarnya berfungsi untuk apa coba?. Apa hanya untuk menegaskan bahwa penumpang sudah check in, sehingga dikatakan sudah jadi penumpang.
Sebenarnya, saat saya diminta untuk nge-print kembali manual boarding pass saya sempat berdebat. Saat debat, saya sempat merekam pernyataan petugas bahwa; E-boarding Pass tetap dibuat manual Boarding Pass. Aneh kan. Lawong kita berusaha menuju ke jaman modern, lah kok ini dikembalikan lagi ke jaman batu. Tidak hanya saya rekam, petugasnya saya foto ID Card-nya. Itu sebagai bukti jika sewaktu-waktu saya digugat atas tulisan ini oleh pihak maskapai Low Fare itu.
Saya tegaskan sekali lagi, bahwa aturan aneh itu harus diperbaiki. Bila tidak, saya sebagai petugas Imigrasi yang selalu memeriksa para penumpang Low Fare di Bandara Internasional Soekarno Hatta, khususnya di terminal 2, juga akan mengembalikan para penumpang yang menggunakan E-Boarding Pass tanpa disertai Manual Boarding Pass, terutama maskapai Lion Air.
Semoga ke depan Lion Air makin penerbangan sipil yang makin profesional, ramah dan menyenangkan bagi para penumpang. Memang sih, kita terbantu bisa terbang dan menempuh waktu yang super cepat ketika menuju suatu daerah tertentu, tapi ingat mereka besar juga karea kita-kita para penumpang. Saling menguntungkan lah!
