Gagasan awalnnya adalah melatih tulisan agar menjadi lebih baik. Maka konsekuensinya harus sering-sering menulis. Menurut teori para penulis sukses, jika ingin memiliki kemampuan menulis, so, sering-seringlah membuat tulisan, like the wise words says "Practice makes perfect". Tapi di situ ada tantangan yang terus berada dalam pikiran saya dan itu menjadi sebuah kendala. Tantangan berupa rasa minder, it says” are you sure you can write?, Is your article will be good to be read?, there are plenty articles have been made before you do, so, it’s embarrassing and what a useless when you writing is amateurish, etc”.
Percaya atau tidak, beberapa pikiran tersebut terus muncul manakala niat menulis tiba. Kalau itu dirasa, ga enak bener yah. Bagaimana tidak, saya akan merasa bahagia bila berhasil menulis sebuah artikel. Sebaliknya bila saya tidak berhasil membuat tulisan dalam jangka waktu yang cukup lama, the pain is here (nunjuk ke dada). Standar ukuran keberhasilan saya menulis sebuah artikel adalah pertama, saat artikel tersebut saya baca sendiri, terus hasilnya enak dibaca dan terkadang tidak jarang saya baca berulang-ulang, kedua saya meminta penilaian teman atau kerabat, kemudian mereka memberikan nilai “bagus”, artinya saya berhasil dan yang ketiga, ketika tulisan itu saya layangkan ke blog kompasiana, ada pembacanya. Ketidakbagaian itu pun mengiringi hati yang telah menata niatnya untuk membuat sebuah tulisan, tapi terkendala the bad thoughts above.
So, I have found the best solution of that problem…here I am, playing with my alphabets
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H