Lihat ke Halaman Asli

Perkembangan Teknologi Mengubah Persaingan Bisnis menjadi Konflik

Diperbarui: 31 Maret 2016   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demo sesungguhnya adalah salah satu bentuk usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mengutarakan pendapat dan perasaan mereka. Belum lama ini, Selasa 22 Maret 2016 Jakarta diramaikan oleh aksi demo yang dilakukan oleh para supir konvensional yang merasa dirugikan oleh adanya taksi online (seperti : Grab dan Uber). Seperti yang kita tahu, akhir – akhir ini transportasi berbasis online memang paling sering digunakan oleh masyarakat. Selain harga nya yg murah, pemesanan dapat dilakukan dengan cepat. Kenyamanan, keamanan, kemudahan, dan kecanggihan teknologi tentu menjadikan transportasi berbasis online mampu menggeser keberadaan transpotasi umum biasa.

Aksi demo ini dilakukan di sepanjang jalan Gatot Subroto dan beberapa titik terminal di Jakarta. Sayangnya, demo ini berujung anarkis dan sampai memakan korban. Ada penumpang yang dipaksa turun karena supir taksi yang mereka tumpangi dipaksa untuk ikut demo, hal sama juga terjadi pada ibu yang sedang menggendong bayinya juga dipaksa turun.  Banyak taksi yang penyok, dengan kaca-kaca bagian belakang yang pecah.

Perseteruan penyedia jasa angkutan taksi di Indonesia antara taksi konvensional dan moda transportasi ride-sharing berbasis online masih belum menemukan titik temu terkait dengan tuntutan mereka untuk membekukan penyedia jasa transportasi online seperti Grab dan Uber. Penggunaan kendaraan plat hitam sebagai angkutan umum dinilai melanggar Undang-undang Lalu Lintas nomor 2 tahun 2009 tentang Angkutan Umum dan Jalan Raya.

Terdapat dugaan bahwa aksi demo yang dilakukan oleh para supir taksi konvensional hari Selasa kemarin sudah diatur oleh manajemen perusahaan transportasi umum tersebut agar menuntut pelanggaran transportasi berbasis online. Namun dugaan tersebut dibantah oleh perusahaan dan mennyatakan bahwa aksi tersebut murni dilakukan atas keingininan para supir taksi.

Menurut Hatta Rajasa, Taksi Konvensional harus mampu beradaptasi dan Taksi Online harus mengikuti dan menghormati peraturan yang ada. Taksi Konvensional harus bisa melakukan inovasi supaya tidak kalah saing dengan taksi online, taksi konvensional harus mampu beradaptasi dan menciptakan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. 

Sedangkan menurut Ahok, Gubernur DKI Jakarta, baik taksi konvensional dan taksi online memiliki sesuatu yang harus diperbaiki. Taksi Konvensional harus mengikuti keadaan yang ada, jika harga BBM turun, sebaiknya taksi konvensional juga sebisa mungkin menurunkan harga atau argo. Sedangkan, taksi online atau taksi yang berbasis aplikasi online, sebaiknya memasang sticker untuk menandakan mereka bergabung secara resmi dengan perusahaan.

Menurut kami, tidak seharusnya perkembangan teknologi yang semakin canggih merubah persaingan bisnis menjadi sebuah konflik yang dapat merugikan banyak pihak. Pemerintah tentu harus bertindak tegas untuk dapat menyelesaikan permasalahan seperti ini. Perusahaan transportasi umum juga harus dapat berkompetisi yang sehat untuk menghadapi perkembangan transportasi lain.

 

Source: merdeka.com 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline