Lihat ke Halaman Asli

opi novianto

suka dunia militer

Bajaj Pulsar Si Hitam yang Tahan Banting: Bagian Pertama

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14008319541250969313


Tahun ini terhitung sudah enam tahun lebih bersama bajaj pulsar. Sudah tak terhitung suka duka bersama motor keluaran negeri India ini. Dukanya ada, sukanya juga tak kalah banyak sehingga belum ada niatan untuk melepas motor kesayangan ini.

Satu hal yang paling menonjol dari bajaj pulsar sehingga membuat saya memutuskan membelinya enam tahun silam adalah desainnya yang macho, gagah, dengan warna hitam yang membuatnya nampak elegan dan classy. Selain itu, harganya pada masa itu lebih terjangkau dibandingkan moge keluaran Honda, Yamaha, Suzuki, ataupun Kawasaki.

Yang patut dicatat adalah saya membeli karena saya memang naksir dan terpukau dengan segudang fiturnya yang terbilang revolusioner di zamannya, sebut saja fitur tanda panel yang menyala di malam hari, speedometer digital, tanda standar samping yang menyala, sign automatis yang mati sendirinya apabila mencapai radius putar tertentu ditambah lagi model headlamp sporty dan tail light LED yang futuristik ditambah lagi dock absorber belakang yang sudah mengadopsi tabung nitrox.

Di tahun 2008 motor sport sekelasnya dari brand Honda (Mega Pro) dan Suzuki belum ada yang menyaingi, dan masih setia dengan model headlamp bulat (batok) yang jadul. Hanya Yamaha dengan Vixion-nya juga yang terbilang revolusioner. Tapi kesannya yang cungkring bin kurus mirip belalang mengurungkan niat saya.

Terlebih lagi saya bukan tipe yang ikut arus mainstream, pilih motor karena merk terkenal atau itung-itungan nilai jual kembali nantinya. Prinsip saya beli motor ya karena saya naksir, harus bisa dinikmati. Padahal waktu itu jika membeli Vixion pun saya mampu meski harganya 2 juta Rupiah di atas harga si serigala India ini.

Namun, seperti penampilannya yang tangguh dan bongsor, moge ini relatif lebih berat dibandingkan moge keluaran Honda, apalagi Yamaha. Dengan bobot 130 Kg, susah jika harus menggeser-gesernya jika hendak parkir. Apalagi dalam keadaan mesin mati, sangat berat dan menguras tenaga. Kondisi jalanan Jakarta yang umumnya macet cukup membuat lelah. Kadang ada niatan ingin mengganti moge ini dengan motor bebek yang lebih ringan.

Niatan ini pupus jika Jakarta tengah dilanda hujan deras. Pulsar dengan lincah menapaki jalanan licin dan tergenang air tersebut tanpa takut mogok. Ya selama masih di kisaran 50 cm, saya masih pede menerjang hujan deras. Yang penting knalpot tidak terendam, pulsar dengan gagah mampu membelah arus. Disinilah terbukti satu lagi keunggulan fitur Pulsar.

Belum lagi jok yang panjang membuat duduk terasa nyaman, baik buat saya maupun penumpang yang membonceng, meski saya membawa tas punggung sekalipun. Kalau di rumah Pulsar sangat berguna jika kami membeli tabung gas atau galon air kemasan, karena masih bisa ditaruh di tengah-tengah kami. Itu juga yang membuat pasangan enggan menyetujui niatan saya untuk menjualnya.

Beberapa kali kami bertukar motor dengan rekan kerja untuk mencicipi rasanya naik moge Yamaha atau naik skuter otomatis. Dan mungkin karena terbiasa dengan kenyamanan yang ditawarkan pulsar, ketika mengganti motor dengan moge Yamaha terasa enteng dan kurang stabil ketika kecepatan di atas 70 km/jam. Sedangkan naik skuter, kaki terasa menempel di jalanan dan tempat boncengan kurang nyaman, posisi duduk yang terlalu santai (tidak macho), dan yang utama ground clearance yang sangat rendah sehingga kurang bisa diandalkan untuk melibas polisi tidur dan jalanan yang agak rusak, apalagi jalanan berlubang.

Keunggulan dan kelemahan bajaj pulsar lainnya bisa dibaca di bagian kedua tulisan ini. Jika Anda sedang mencari motor besar, bajaj pulsar ini bisa dipertimbangkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline