Lihat ke Halaman Asli

opi novianto

suka dunia militer

Jalanan Rusak Kabupaten Bogor Bikin Perjalanan ala Off Road

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14189684751652623468

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Jalan Relatif Sempit dan Curam"][/caption]

Ketika saya dan istri memutuskan untuk berkeliling Kabupaten Bogor untuk lebih mengenal daerah tetangga kami ini, saya terus berkeluh kesah melihat kondisi jalan. Banyak jalanan berlubang dan ada pula yang hingga longsor karena banyaknya penggalian untuk bahan bangunan. Acara kami pun berubah seperti off road.

Jalan rusak ini sudah menghadang perjalanan kami menuju Situ Cikaret, Cibinong. Sisi jalan sebelah kiri parah hingga bermeter-meter. Akibatnya kendaraan dari sisi kiri terpaksa mengambil sisi tengah sehingga kendaraan dari sisi sebaliknya mengalah bergantian untuk memanfaatkan jalan tersebut. Eh sekitar dua puluh meter kemudian jalan kembali berlubang-lubang parah, kali ini sisi kanan yang mengalaminya. Kalau melihat darikondisinya, kerusakan jalan ini tidak terjadi sekejap, tapi telah beberapa tahun dan tak kunjung diperbaiki atau diperbaiki secara ala kadarnya.

[caption id="attachment_384042" align="aligncenter" width="300" caption="Menyopir ke Kabupaten Bogor"]

14189672391605316596

[/caption]

Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke arah Citeureup setelah beberapa saat menikmati pemandangan Situ Cikaret. Kami melewati Kota Cibinong dan kemudian menuju Citeureup. Wah jalan di sini sudah tidak terlalu lebar, namun sesekali nampak bis pariwisata dan truk sehingga membuat kami lebih berhati-hati. Dan yang membuat kami geregetan jalanan kembali berlubang-lubang dan beberapa di antaranya tergenang air. Wah-wah wah ini sudah bukan jalanan beraspal lagi. Kami kemudian juga menghadapi jalanan yang seluruh badan jalannya hancur hingga belasan meter.

Mobil Nissan Livina Matic kami bergerak perlahan-lahan, terguncang-guncang. Truk di depan dan di belakang kami juga mengalami hal serupa hanya goncangan mereka lebih parah karena beratnya muatan yang mereka bawa. Rasanya kami ingin kembali pulang saja namun enggan kembali melewati jalan rusak.

Setelah melewati Pasir Mukti, kami menuju Sukamaju. Di sini jalan berkelok-kelok dengan pemandangan sawah berlatar pegunungan. Nampak cantik dan asri. Mobil terus melaju dan kemudian kami dihadapkan pada pertigaan.

[caption id="attachment_384043" align="aligncenter" width="400" caption="Dari Balik Kaca"]

1418967531148289973

[/caption]

Sambungan GPS kami bermasalah. Kami bertanya ke penduduk namun kami agak kesulitan mengolah informasi dari mereka. Saya kemudian bertanya, ke mana arah lurus dan mereka menjawab ke Jonggol. Ok, kami tahu daerah Jonggol. Dari Jonggol kami bisa kembali ke Jakarta melalui Cileungsi dan Cibubur.

Kami kemudian melewati jalan yang curam dan ada bagian jalan yang seperti patahan. Si Grand Livina meskipun matic mampu menunjukkan performanya melewati medan yang kurang bersahabat. Livina Matic rupanya tangguh dan mampu untuk kondisi jalanan yang berasa off road ini.

Tapi kemudian ada pemandangan tersaji di depan mata yang membuat kami berkerenyit. Jalanan penghubung Sukamaju dan Jonggol longsor parah. Saya dan istri berdebat, apakah kami kembali atau terus. Dua-duanya bukan pilihan enak. Tapi saya tidak mau kembali melewati jalan yang bobrok di Citeureup sehingga istri mengalah.

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Panorama Indah Sukamaju, Kabupaten Bogor"]

1418966960597276741

[/caption]

Kami memerlukan bantuan para penduduk untuk melewati kawasan longsor tersebut. Mobil akhirnya berhasil naik dan melaju meninggalkan daerah longsor yang parah tersebut. Istri nampak sangat kuatir dengan kondisi mobil, tetapi rupanya si Putih, sebutan untuk mobil kami, nampak tangguh dan hanya sedikit tergores.

Hari sudah hampir gelap dan kami melewati jalan yang sunyi namun aspalnya cukup baik dibandingkan kondisi jalan di belakang kami. Kami dihidangkan pemandangan sawah dan parit lebar yang jernih.

Namun di beberapa tempat nampak alat penggali tanah dan batu kapur. Juga banyak truk yang mengangkut bahan material tersebut. Kasihan para penduduk sekitar. Berapa biaya pengganti yang mereka dapat untuk bahan material yang diangkut secara rakus oleh pengembang? Yang disisakan buat penduduk setempat hanyalah alam yang makin rusak, jalan berlubang dan ancaman tanah longsor.

Ya, kami hampir mendekati Jonggol dan daerah Jonggol mulai bergeliat dengan mulai dibangunnya perumahan seperti daerah tetangga mereka di Cileungsi. Pembangunan ini sepertinya hanya menguntungkan pihak investor. Karena harga tanah yang dibeli ke penduduk lokal sangat murah, hanya berkisar Rp 10 ribu/meternya, sedangkan harga rumah seluas 21 meter persegi kemudian ditawarkan dengan harga Rp 100- 200 jutaan.

Dari Jonggol ke Cibubur sebenarnya tidak terlalu makan waktu. Namun, gara-gara ada beberapa bagian jalan yang rusak maka kemacetan tak terhindari. Oalah... sudah dekat masih macet dan kena jalan lubang lagi dan lagi.

[caption id="attachment_384047" align="aligncenter" width="300" caption="Pemandangan Menuju Jonggol"]

14189687352138561396

[/caption]

foto: dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline