BAB I
PENDAHULUAN
Membuat perpecahan, konflik, dan berbagai macam permasalahan lainnya, rasis ternyata masih sering terjadi di kalangan kita. Masalah Rasisme telah muncul hampir sama tuanya dengan peradaban manusia dan tidaklah bertambah baik seiring kemajuan zaman. Kitab Suci sudah mencatat peristiwa rasisme yang terjadi di Tanah Mesir ribuan tahun yang lalu.
Lalu sejak zaman Adolf Hitler memimpin Jerman, rasisme juga sudah menjadi salah satu cara berpikir Nazi. Nazi membunuh banyak sekali penduduk dengan alasan mereka buta, tuli, homoseksual, cacat, dan lain lain. Nazi menganggap bahwa mereka tidak layak hidup, mereka berbeda dengan Nazi. Rasisme sudah separah itu dari dulu, dan bahkan terus terjadi sampai sekarang.
Perbedaan perilaku dan ketidaksetaraan yang terjadi kepada orang yang mempunyai perbedaan suku, agama, ras, adat (SARA), golongan ataupun ciri-ciri fisik umum adalah arti dari kata rasisme.
Bahkan rasisme sering diartikan sebagai keyakinan bahwa semua manusia dapat dikelompokkan berdasarkan ciri biologis yang disebut "ras". Dan meyakini adanya perbedaan ras mengakibatkan perbedaan kecerdasan, kepribadian, dan lain-lain yang membuat beberapa ras secara 'bawaan' lebih unggul dari yang lainnya.
Banyak sekali korban-korban rasisme yang semakin hari semakin meningkat. Bahkan sekarang Indonesia termasuk negara dengan rasisme yang tinggi, menduduki posisi ke 14 dengan poin index 4,99.
Rasisme pun sangat berbahaya di Indonesia karena Indonesia merupakan negara majemuk yang mempunyai banyak suku, bahasa, adat yang berbeda-beda, dan jika kita tidak menghargai perbedaan tersebut maka banyak konflik bahkan perpecahan yang dapat terjadi di negara kita.
Beberapa korban rasisme penduduk di Indonesia berupa penduduk Papua, putri Indonesia, pemain sepak bola, teman dekat kita, keluarga, atau bahkan diri kita sendiri.
Asal usul rasisme di Indonesia terjadi karena kasus penduduk Papua yang ramai diperbincangkan di publik. #PapuaLivesMatter adalah salah satu kampanye yang disuarakan oleh penduduk Indonesia karena rasa kasihan kepada penduduk Papua. Bahkan sampai universitas di Amerika Serikat mengangkat mengenai kasus ini.
Mereka menyebut bahwa kasus ini selalu terjadi berulang kali, dan dapat disebut kasus yang struktural dan sistematik yang melibatkan kebudayaan dan kepercayaan yang mengakar.