Lihat ke Halaman Asli

El Sosioso, Tempat Nongkrong dan Inspirasi

Diperbarui: 7 Oktober 2017   03:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

koleksi pribadi

Kami tujuh orang gabut, dari berbagai profesi. Mulai dari pegawai swasta,mahasiswa hingga seniman. Diantara kami bertujuh Nyongyang paling tua diantara kita (24 tahun) berprofesi sebagai pegawai swasta.

Lalu Rafi, Levty (adik saya), Dan Bio One berprofesi sebagai pemain sinetron dari bertujuh mereka bertiga lah yang paling muda (15-16 tahun). Sedangkan saya (penulis), Ichal (mahasiswa), Dan Josh (gitaris) berada ditengah (19-20 tahun).

Walau berbeda profesi dan  juga usia, masing-masing dari kami tetap menghormati satu sama lain dan saling melengkapi, sehingga jarang tercipta konflik. Sesibuk apapun kami selalu menyempatkan diri untuk berkumpul, entah untuk sekedar nyanyi-nyanyi dan bercanda, menginap selama berhari-hari hingga pergi kepulau setahun sekali.

Masing-masing dari kami pun memiliki penghasilan, soal besar dan kecil relatif. Itu lah mengapa setahun sekali kami dapat pergi kepulau untuk sekedar refreshing.

Diusia yang masih relatif muda serta kurangnya pengetahuan akan pentingnya tabungan, dan investasi jangka panjang menyebabkan kami terlalu royal dalam berbelanja.

Tak terhitung berapa banyak uang yang kami habiskan dalam waktu sebulan, saya prediksi jumlahnya "wah" untuk anak-anak seusia kami. Semua hal pun telah kami coba namun masih dibatas wajar dan tidak melanggar hukum.


Suatu ketika, entah setan apa yang merasuki pikiran. Kami menyudahi agenda kumpul tanpa manfaat yang diadakan setiap akhir pekan, masing-masing terutama nyong mulai berfikir jangka panjang, sertasadar akan pentingan tabungan dan investasi untuk menjamin masa depan. Perasaan ini lah yang mendorong kami untuk mendiskusikan hal ini.

Hasil diskusi memutuskan membuka usaha, bisnis kuliner kami pilih karena Bio memiliki pengalaman dibidang kuliner khususnya didapur, sedangkan ichal sempat bekerja di restoran cepat saji.

Sosis dipilih sebagai bahan dasar, karena kami mendapatkan dukungan dari ayah saya yang memiliki pabrik sosis dan bersedia mensupply restoran kami dengan membayar harga modal, bahkan ia mau membantu modal pertama bahan.

Kami mulai mencari-cari dimana lokasi yang cocok. Mulai dari Pasar Santa yang saat itu sedang happening sayang dibarengi dengan isu penggusuran, lalu beralih ke Pluit yang langsung mendapatkan penolakan karena tidak masuk kedalam konsep, berlanjut ke food court Plaza FestivalKuningan.

Awalnya kami berpikir Plaza Festival adalah paket komplit dengan fasilitas serba ada. Mulai dari parkiran,ruang AC,Panggung, hingga meja dan kursi. Selain itu tempatnya yang strategis dan harga sewanya yang murah (tadinya).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline