Lihat ke Halaman Asli

Opa Jappy

Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

31 Mei 1945: Sehari Sebelum Lahirnya Pancasila

Diperbarui: 1 Juni 2022   06:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Kompas

Ideologi

Ideologi, berakar dari Idea/Ide dan Logou/s (Yunani Koine). Idea merupakan landasan awal pemikiran atau pemikiran yang sangat mendasar. Idea juga bisa bersifat asali atau pun paduan hasil oleh pikir; paduan dari nilai-nilai yang sudah ada sebelumnya; dan berkembang, dipahami, dilaksanakan oleh setiap yang ada dalam Komunitas. Logou/s merupakan ucapan, ungkapan, kata, kata-kata.

Jadi, sederhananya Idiologi merupakan ungkapan (dalam bentuk orasi dan narasi) gagasan yang dibangun berdasar landasan berpikir yang asali atau telah ada sebelumnya. Idiologi bisa berkembang karena disistimasikan, dan diajarkan (secara formal dan informal) atau pun diwariskan ke generasi berikut.

Pola pewarisan tersebut melalui unsur-unsur kebudayaan; misalnya seni, bahasa, gaya hidup dan kehidupan, perilaku, etika, ajaran moral, dan lain sebagainya.

Dengan demikian, ideologi menyangkut keseluruhan aktivitas hidup dan kehidupan; serta bisa sebagai identitas/ciri khas setiap orang di/dalam komunitas, sub-suku, suku, serta Bangsa dan Negara.

Opa Jappy, 1 Juni 2020

Foto Kompas


Seputaran Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pancasila, Menteng, Jakarta Pusat | Hari Ini, 31 Mei 2022, saya ajak anda (yang sementara baca) melompat ke masa lalu; masa yang, seharusnya, tak terlupakan dari arsip ingatan. Ya, coba dengan kendaraan imaginasi l, meluncurlah ke 31 Mei 1945.

Ketika itu, Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan atau BPUPKI, (berdiri 29 April 1945), 28 Mei 1945 (hingga beberapa hari kemudian) melakukan Persidangan di Gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta (sekarang dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila).

Pada awal persidangan, peserta berdiskusi, debat, silang pendapat tentang sebutan, bentuk, dasar, idiologi Negara (yang akan merdeka). Ketika itu, ada banyak pilihan bentuk negara; misalnya Kerajaan, Republik, Federasi, Serikat, bahkan sebagai "Persekmamuran Belanda;"  idiologi dan Negara pun masih banyak tawaran serta pilihan: religius, sekuler, atau gabungan keduanya tanpa saling mengganggu tapi melengkapi satu sama lain.

Karena "saling-silang" itulah maka BPUPKI membentuk Panitia Sembilan untuk merumuskan Dasar dan Idiologi Negara (tentu dengan semangat "Sebentar Lagi Hindia Belanda akan menjadi Negara Berdaulat, Merdeka, dan Mandiri").

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline