Lihat ke Halaman Asli

Opa Jappy

Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

Tahu Cover dan Tahu Isi Ukrania-Rusia

Diperbarui: 12 Maret 2022   16:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Kompas


Depok, Jawa Barat | Ini gara-gara. Gara-gara Ukrania-Rusia, menghasilkan berbagai informasi keliru bahkan opini asal jadi di Indonesia.

Situs Kompas menyebutkan bahwa, "Perang propaganda yang dilakukan Rusia dan Ukraina di media sosial, sehingga muncul berbagai misinformasi, serta hoaks atau disinformasi. Ada sejumlah tren misinformasi dan disinformasi terkait perang antara Rusia dengan Ukraina. Tren yang kerap muncul adalah klaim palsu, termasuk mengenai rekayasa korban"

Apa mau dikata, misinformasi dan disinformasi tersebut, mempengaruhi penilaian Nitizen terhadap konflik Ukrania-Rusia. Bukan sekedar mempengaruhi, namun memunculkan keterpihakan ekstrim pada dua negara yang bertikai, terutama berpihak ke Rusia.

Ketika membaca (di Medsos dan Media Mainstream) narasi keterpihakan berdasarkan misinformasi dan disinformasi tersebut, memang menjengkelkan, tapi tak bisa larang serta melarang, apalagi marah-marah.

Yah, daripada ngomel, mendingan saya jawab dengan tak kalah menohok, yaitu "Jika hanya Tahu Cover dan bukan Tahu Isi, lebih baik diam ya." Gampang khan; tapi, giliran mereka yang marah tak jelas. Padahal, ku hanya katakan Tahu Cover dan Tahu Isi.

Itulah Indonesia, katanya ramah tapi cepat marah; mungkin karena ramah dan marah hanya beda tipis. Lalu apa itu "Tahu Cover dan Tahu Isi?"

Tahu

Tahu, serapan dari tauhu (Hokkian), berarti kedelai terfermentasi, jenis makanan asli Tiongkok sejak lebih dari 2000 BC; bentuknya masih seperti adonan tepung gandum yang ditumbuk, basah atau seperti bubur.

Kaisar dari Dinasti Ming memperkenalkan tauhu (yang sudah dimasak) kepada pasukan yang berperang; itu agar saat bertempur, tentara tidak disibukan dengan memasak. Cukup panaskan dengan api yang kecil atau panas matahari, langsung dimakan.

Sekian abad kemudian, sekitar 160 BC, Pangeran Liu An dari Dinasti Han, memodifikasi "bubur tahu" menjadi seperti kotak. Ini agar tentara (saat perang) dapat makan satu-satu, tak perlu wadah seperti untuk bubur. Ketika masa damai, pasukan bersama keluarga, mereka jadikan atau memperkenalkan  "makanan tentara" tersebut untuk semua orang atau rakyat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline