Lihat ke Halaman Asli

Opa Jappy

Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

(Capres 2024) Indonesia Tak Butuh "Capres Baliho"

Diperbarui: 28 Februari 2022   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Baliho Politik

Baliho (Arab, artinya menyampaikan); atau menyampaikan sesuatu agar diketahui khalayak umum. Pada perkembangan kemudian, baliho dimaknai sebagai (bangunan untuk) layar atau display iklan besar dari kerangka besi, terpajang pada area strategis dan mudah dilihat publik.

Dengan demikian, baliho politik, tentu saja berisi informasi politik dan politis yang kadang hyperbola. Namun, walau mahal dan berbiaya tinggi, tidak sedikit politisi atau pun tokoh politik yang memakai baliho sebagai alat mengiklankan diri.

Opa Jappy, Mei 2019

theconversation.com

Sudimara, Tangsel Banten | Apa mau dikata, di Negeri Tercinta ini, sementara berlansung 'Pameran Baliho Politik,' yang mereka, para politisi, sebut sebagai salah satu upaya proses pengenalan diri ke/pada publik. Sebutan yang tak salah.

Tapi, hanya itukah? Tentu tidak. Sejumlah politisi sudah 'jalan-jalan' ke daerah dengan berbagai alasan dan acara. Dan, di sana, daerah yang dikunjungi, pasti bermunculan 1001 baliho dengan aneka narasi; paatinya yang baku adalah, "Calon Presiden RI 2024." Kereeeeeen!

Ternyata, menuju Suksesi 2024, banyak orang, terutama mereka yang ingin jadi RI 1, sudah tak sabaran. Mereka, tanpa peduli dengan sikon, telah mengeluarkan dana untuk baliho, (padahal jika dana baliho dikonversi jadi bansos sembako, masker, obat-obatan, maka bisa diterima ratusan ribu orang).

Lucunya lagi, saya menemukan baliho dari (i) tokoh yang tanpa jejak memimpin rakyat (misalnya pernah jadi Kepala Daerah), (ii) tidak ada prestasi militer, (iii) pernah dipecat dari Kabinet, (iv) tanpa fakta pernah melakukan advokasi publik, (v) tak pernah sebagai Pejabat Publik atau pun memimpin Lembaga Tinggi Negara, dan (vi) hanya besar di Parpol, Ormas, dan LSM, bahkan sebagai artis.

Lalu, jika seperti itu latar dan jejaknya, apa yang mereka 'jual gratis' ke rakyat? Semuanya kosong dan hampa.

Atau, karena para pemasang baliho tersebut, tahu pastu bahwa mayoritas rakyar Indonesia malas baca (dan mencari jejak digital), sehingga melalui baliho, mereka memberi informasi diri yang hyperbola. Toh, publik percaya. Sekali lagi, Prihatin!

Agaknya, para pemasang baliho lupa bahwa rakyat Indonesia tidak membutuhkan 'Presiden Baliho' tapi Sosok yang berkarya untuk kemajuan bangsa serta kesejahteraan rakyat.

Jadi, ada baiknya, mereka yang memasang baliho tersebut bersabar diri; tunggulah hingga sudah ada penetapan sebagai Calon Presiden dan Wapres serta Kampanye. Gunakanlah 'dana baliho' itu untuk membantu rakyat Korban Covid-19 Non-Kesehatan, mereka yang terlupakan dan kurang beruntung, dan lain sebagainya.

Dengan itu, para Politisi pemasang dan pemilik baliho hadir dan berinteraksi langsung bersama rakyat. Rakyat langsung mengenal dari dekat, bukan sekedar melihat foto di baliho.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline