Sekitaran Universitas Indonesia, Depok Jawa Barat | Sejak Tahun 2020 yang lalu, ketika Covid-19 tersebar secara global, termasuk di Indonesia, salah satu dampaknya adalah Sekolah menjadi 'Sekolah Virtual.' Dan, proses KBM pun menjadi pembelajaran tak harus bertemu, tapi tetap ada perpindahan ilmu dari Guru ke Murid (murid-murid); juga terjadi interaksi 'teman sekelas' antar sesama penghuni kelas.
Selain itu, pada KBM Virtual, guru/dosen dan peserta didik tak lagi bergantung pada batas ruang, bangku, meja, serta papan tulis. Bahkan, mereka pun tak tergantung pada buku-buku di/pada Perpustakaan. Kelas mereka, virtual, perpustakaannya adalah Virtual Library, sumber belajar bukan hanya guru tapi juga internet search machinne. Dan, mesin pencari yang paling populer, utama, penting adalah Google
Pentingnya Google tersebut, memunculkan guru atau dosen berkata, "Cari di Google atau Silahkan Googling;" dan nyaris berkata, "Baca Buku Ini-Itu, halaman ... ." Dengan itu, yang terjadi adalah (i) memicu peserta didik untuk mencari dan menemukan di Google, (ii) Google sebagai sumber informasi utama, (iii) terjadi kecanduan Google.
Kecanduan Google
Kecanduan yang dimaksud adalah pada setiap kesempatan (seseorang) mengakses Google; dan hanya menggunakan Google sebagai sumber utama untuk mendapat informasi, hiburan, game, berita aktual, dan lain sebagainya, serta, hal tersebut dilakukan tanpa mengenal batas waktu, sikon, dan tempat.
Kecanduan yang dimaksud adalah pada setiap kesempatan (seseorang) mengakses Google; dan hanya menggunakan Google sebagai sumber utama untuk mendapat informasi, hiburan, game, berita aktual, dan lain sebagainya, serta, hal tersebut dilakukan tanpa mengenal batas waktu, sikon, dan tempat.
Kecanduan yang dimaksud adalah pada setiap kesempatan (seseorang) mengakses YouTube; dan hanya menggunakan YouTube sebagai sumber utama untuk mendapat informasi, hiburan, game, berita aktual, dan lain' sebagainya, serta, hal tersebut dilakukan tanpa mengenal batas waktu, sikon, dan tempat. Selanjutnya lihat Vidio
Selanjutnya?
Mungkin saja dua 'penyakit' kecanduan tersebut tidak disadari oleh banyak orang, termasuk guru/dosen, orang tua, dan peserta didik (murid, pelajar, siswa, dan mahasiswa). Atau, mungkin menyadarinya, tapi tak ada solusi dan alternatif lain sebagai pengganti Google, Youtube, dan 'Silahkan Googling.'
Note: Saya sempat bertanya ke/pada Pengelola Perpustakan Universitas dan Fakultas, ternyata terjadi penurunan kunjungan ke perpus hingga mencapai 25%. Dalam artian, jika sebelumnya pengunjunjung perpus, katakanlah 100 orang dengan durasi rata-rata 4 jam, kini hanya 25 orang dengan rata-rata durasi hanya 30-40 menit. Mungkin saja, hal tersebut terjadi juga pada perpustakaan SD, SMP, dan SMA/K. Itu terjadi akibat, peserta didik lebih mengandalkan mesin pencari internet daripada buku-buku.