Cipanas, Jawa Barat | Dua hari dari sekarang, pada sejumlah daerah di RI (akan) melakukan Pemilihan Kepala Daerah (Gubernur/Wagub, Bupati/Wabup, Walikota/WaWalkota), termasuk di Kabupaten Timur Tengan Utara, salah satu kabupaten di bagian utara pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Ya, Kabupaten TTU, Ibukotanya Kefamanu, wilayah yang saya sangat akrab pada waktu masih SMA; terutama di Istana Raja Insana di Oelolok, Alhm Raja Taolin, raja yang sangat berpengaruh di Timor sejak masa Belanda, hingga awal tahun 80an.
Pada Pilkada 2020, Komisi Pemilihan Umum Daerah Timor Tengah Utara menetapkan tiga pasang Kandidat yaitu (i) Kristiana Muki-Joseph Tanu, Paslon urut 1, atau paket SEHATI, (ii) Hendrikus F Saunoah-Amandus Nahas, Paslon urut 2, atau paket FRESH, (iii) Juandi David-Eusabius Binsasi, Paslon urut 3, atau paket DESA SEJAHTERA.
Ketiga paslon tersebut merupakan putera/i TTU, dengan sejumlah pengalaman politik serta interaksi dengan masyarakat. Mereka, semuanya, mempunyai tujuan yang sama, yaitu membangun wilayan dan masyarakat TTU yang sejahteran serta lebih baik dari sebelumnya.
Dari ketiga paslon tersebut, Kristiana Muki-Joseph Tanu merupakan pasangan tersebut yang cukup mendapat perhatian publik, utamanya ASN dan komunitas etnis dan perempuan. Penyebabnya adalah, Kritianan Muki (yang mengundurkan diri sebagai Anggota DPRI, isteri Bupati Timor Tengah Utara, Raymundus Fernandes selama dua periode, juga Ketua DPW Nas-Dem Nusa Tenggara Timur), serta Yosef Tanu adalah ASN di Pemda TTU.
Pasangan ini, jauh sebelum proses dan tahapan Pilkada, Kristian-Yosef sudah seiring sejalan kemana-mana untuk sosialisasi; bahkan segenap ASN dan badan-badan independen (di TTU) pun mendapat 'arahan' agar mendukung Kristianan-Yosef.
Sayangnya, proses Pilkada di TTU yang berjalan dengan normal, kemarin dirusak oleh hal yang tak elok. Adalah, Jude D'Lorenzo Taolin (salah satu Putri Kerajaan Insana dan pewarta TV Swasta Nasional yang berbasis di Jakarta), mendapat informasi tentang (masih) ada kegiatan Paslon pada masa tenang.
Jude dan teman-temannya, dengan naluri jurnaslistik, melakukan 'perjalanan cari berita;' dan ternyata mereka menemukan hal-hal yang seharusnya tidak terjadi. Jude pun melakukan rekam vidio, dan sampai ke saya. Tapi, setelah itu, ada orang-orang yang mengejar Jude dan teman-teman, sehingga ia mengalami terkilir di lutut.
Pagi tadi, ketika saya telepon Jude, masih meringis kesakitan, sambil menggungkapkan apa-apa yang ia alami dan lihat, perhatikan vidio di bawah ini.
Selain Video di atas, Jude mengirim pesan tambahan (ke saya) bahwa
Minggu 6 Desember Pukul 22. 45 wita saya diinfokan, bupati Rai dikepung di rumah salah satu warga di desa Oeolo kecamatan Musi kabupaten Timor Tengah Utara. Karena infonya terjadi ribut besar dengan tim paslon paket FRESH sehingga saya lihat memungkinkan untuk liputan dengan menumpang kendaraan teman.
Sebelumnya saya masih cek lagi kebenaran info tersebut. Hasil konfirmasinya betul ada keributan. Kamipun berangkat ke sana. Di mobil ada 7 orang. Di tengah jalan kami dapat info Rai sudah keluar dari TKP. Karena sudah dekat TKP, saya berniat konfirmasi ke rumah warga tempat pertemuan Rai dan temannya di masa tenang.
Tapi belum sampai di sana, kami ada dua mobil sudah dihadang deretan panjang mobil lainnya. Mobil di depan kami sudah dikepung..disuruh turun, kaca mobil dipukul banyak orang disuruh buka. Kami di mobil ke dua tidak turun, kaca juga tidak diturunkan. Di depan saya lihat pak Rai sudah bakumpul dengan tim paket Desa Sejahtera.
Setelah komunikasi tersebut, saya meminta Jude untuk menulis secara terbuka, bila perlu di Medsos, agar masyarakat NTT, khususnya TTU, mengetahui apa-apa yang terjadi di TTU dan dilakukan oleh pendukung salah satu paslon. Sehingga, Jude pun menambahkan bahwa,
Untuk seluruh masyarakat Timor Tengah Utara, terlebih warga masyarakat Insana yang saya cintai dan saya hormati. Ingat, kita tidak butuh preman dan kaki tangan preman memimpin TTU. Cukup kami yang jadi korban.
Dan saya paksakan ke Polres dengan kondisi seperti ini hanya mau bertemu anda pak Raimundus Sau Fernandes, Bupati TTU yang terhormat. Sayangnya anda berada di ruangan lain dan saya tidak diijinkan bertemu anda.
Anda dan tim anda merayap malam - malam di masa tenang itu urusannya dengan Panwas. Tapi saya menjalankan tugas peliputan bisa merayap 1x24 jam, dimana saja, dalam kondisi apapun, tanpa kenal waktu.
Anda dan tim anda sekitar 9 mobil menghadang mobil kami. Main kekerasan, anda bakupukul di tengah jalan umum dengan orang yang salah. Tim anda merusak kaca mobil yang kami tumpangi, paksa kami turun di tengah derasnya hujan malam tadi.
Anda berani bertanggungjawab dengan kami semua yang dihadang dan diperlakukan kasar. Bisanya anda hanya ngomong Damai di polres. Anda telah menghalangi pekerjaan saya. Saya nekad datang dini hari tadi ke Polres hanya ingin bertemu anda. Masih ingat anda ribut dengan polisi di jalan masuk kantor Bupati saat paksa buka pameran di tengah pandemi covid?
Kenapa sekarang di Polres anda diam tak bersuara. Apakah karena sudah dikepung ratusan tim sukses paket lain? Atau anda merasa nyaman di tangan polisi. Saya tidak merasa hebat datang melihat wajah anda di Polres, tapi saya hanya ingin anda lihat hasil kebrutalan anda dan tim sukses anda yang berkeliaran tengah malam di masa tenang, terhadap tim lain yang dipukul dan saya yang dipaksa turun dari mobil.