Lenteng Agung, Jakarta Selatan | Dirimu, yang sementara baca, termasuk taat dan setia pada melakukan semua kegiatan dalam frame 'stay at home;?' jika jawabanmu, Ya, maka itu termasuk orang-orang yang ingin 'badai Covid-19' berlalu dari Nusantara. Oleh sebab itu, lanjutkanlah melakukan kegiatan melalui/dari rumah.
Saya sendiri, sejak 8 April 2020 telah melakukan isolasi mandiri; awalnya memang monoton, membosankan, serta makan, tidur, dan nonton, namun selanjutnya menjadi biasa serta terbiasa. Karena sendiri dan dan kesendirian itulah maka saya pun kembali melihat ke layar TV Biasa; sebab sudah lama saya hanya menonton TV melalui Streaming TV di Laptop atau pun Hp.
Ketika 'kembali ke TV' itulah, saya bertemu dengan sinetron Samudera Cinta atau SC episode seratus sekian, menarik sebab ingat cerita Dilon tahun 90an. Karena saya menonton SC pada episode jelang 200, maka berupaya menemukan episode awal di Youtube agar tidak tahu kronologis cerita; kemudian menonton secara kapita selekta.
Ternyata SC merupakan sinetron dengan cukup banyak peminat, terbukti banyak komentar di Medsos serta terbaca dari live feed di aplikasi V. Namun, di balik alur cerita dan gambar yang bagus pada SC, ada hal kecil yang, menurut saya, tidak begitu bagus atau menarik. Hal kecil tersebut adalah sejumlah 'adegan jendela' atau sekitar jendela kamar Cinta atau Haico van der Veken, nama pemeran perempuan lawan main Samudera alias Rangga Azof.
'Adegan-adegan Jendela' tersebut muncul pada setiap episode, bahkan mencapai lebih dari satu adegan. Adegan Jendela seperti itu, mungkin pada masa kini mungkin tidak umum, tapi sangat popular pada masa remaja saya. Pada masa itu, tahun 70an - awal 80, lompat atau masuk keluar melalui jendela merupakan suatu keharusan. Misalnya, kabur dari kelas (waktu SMP dan SMA) serta keluar kamar di malam hari, sebab tak dapat izin orang tua untuk keluar malam hari, dan lain sebagainya.
Kembali ke 'Adegan-adegan Jendela' pada Sinetron Samudera Cinta. Menurut saya, adegan-adegan tersebut sebagai bentuk memperkenalkan solusi tidak cerdas ke/pada abg dan remaja yang menonton SC. Sebab, walaupun adegan-adegan pada SC terlihat manis dan mesra, tetap saja memperlihatkan hal yang tak elok atau pun tidak pantas untuk dilakukan oleh abg atau pun remaja.
Sebab, 'lompat jendela' merupakan sala satu bentuk perlawanan dan pembangkangan terhadap orang tua (ayah dan ibu); orang tua yang selalu melarang tanpa alasan dan penjelasan sehingga anak-anak hanya bisa menerima tanpa membantah. Agaknya, adegan-adegan jendela di SC juga seperti itu; dalam artian Cinta memperlihatkan pembangkangan dan perlawanan terhadap ibunya, Ibu Novi, sehingga ia gunakan jendela untuk masuk keluar kamarnya.
Jadi? Semoga ke depan atau pada episode selanjutnya, penulis scenario SC, Serena Luna, bisa mengganti 'adegan-adegan jendela' dengan hal-hal lain yang lebih edukatif, misalnya melalui pintu rumah (depan dan belakang) atau cara lainnya.
Cukuplah.
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini